REPUBLIKA.CO.ID,JEMBER-- Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Arum Sabil, menilai tebu transgenetika yang berhasil dikembangkan Universitas Jember ini akan mengurangi impor gula karena bisa meningkatkan produksi lewat rendemen dan bobot tanaman.
Yang penting, menurut dia saat menerima kunjungan pewakilan dari perusahaan benih dipadepokan pertaniannya di Jember, harus ada kemauan politik dari pemerintah karena tanaman rekayasa teknologi ini merupakan jawaban terhadap masalah pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
"Upaya petani untuk mengandalkan tanaman konvensional untuk mendongkrak produksi gula nasional tidak lagi cukup. Kita petani tradisional bisa mengambil manfaat bersama-sama dari penemuan ini," kata Arum.
Dia meminta pemerintah bisa bersikap lebih bijaksana dan transparan dalam masalah gula nasional. Pemerintah juga tidak pernah memberi kepastian mengenai persoalan tanaman bio teknologi ini, sementara beberapa kalangan selalu bicara mengenai bahaya menggunakan produk dari tanaman jenis ini, katanya.
Namun di sisi lain, tegas Arum, negara ini justru selalu mengandalkan impor komoditas yang justru berasal dari tanaman transgenetika, seperti kedelai untuk produksi tahu dan tempe maupun jagung untuk pakan ternak.
"Saya melihat dalam persoalan ini seperti ada grand design yang dilakukan kelompok tertentu untuk mempertahankan kepentingannya memburu rente ekonomi dari bisnis impor produk pangan," katanya.