Selasa 23 Dec 2014 12:58 WIB
Penghapusan premium

Kementerian ESDM Keberatan Premium Dihapus

Rep: C85/ Red: Erik Purnama Putra
Seminar cadangan minyak di Indonesia oleh Kementerian ESDM di Makassar, Sulsel, Selasa (4/12).
Foto: Antara
Seminar cadangan minyak di Indonesia oleh Kementerian ESDM di Makassar, Sulsel, Selasa (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas untuk menyetop impor premium (RON 88) dianggap memberatkan Pertamina. Impor RON 92 alias pertamax konon lebih mahal dibanding biaya impor RON 88.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin juga menyatakan, impor pertamax nantinya justru akan memberatkan Pertamina.

"Kalau premium dihapus itu kasihan Pertamina juga. Yang jelas, jangan blending itu RON 92 jadi RON 88 di luar negeri, kilang produksi RON 88 dalam negeri, Kalau soal harga itu Pertamina kita hanya terima. Apakah Pertamina malah merugi atau tidak, itu ranah Pertamina," ujar Naryanto kepada Republika, Selasa (23/12).

Sementara itu, Kepala Biro Hukum Kementerian ESDM, sekaligus anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Susyanto mengungkapkan bahwa ke depan ada kemungkinan adanya subsidi untuk bensin jenis RON 92 atau pertamax. "Bisa ada subsidi. Tergantung pemeritah. Kan sesuai ketentuan. Koordinasi di bawah menko perekonomian. Sudah dibahas kok. Kan sudah ada rapat sekali, tapi belum ada keputusan," jelasnya.

Susyanto menambahkan, rekomendasi tim reformasi masih sebatas pembatasan impor RON 88 alias premium. Tim reformasi menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah apakah nantinya rekomendasi ini diamini oleh pemerintah atau tidak. 

"Pokonya 88 ga diimpor tapi nanti diserahkan kepada pertamina. Kemudian RON 92 sebaiknya pemerintah memikirkan opsi subsidi untuk 92, tapi gak tahu. Kan pemerintah sudah memutuskan untuk menarik subsidi, jadi belum tahu nanti gimana," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement