Sabtu 20 Dec 2014 06:00 WIB

Sukuk Dinilai Instrumen Tepat Danai Infrastruktur

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sukuk Ritel SR 006
Foto: Republika/Prayogi
Sukuk Ritel SR 006

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sukuk, menurut pengamat ekonomi dinilai mampu menjadi instrumen yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur darat dan maritim.

Akademisi dan peneliti ekonomi syariah Azis Setiawan mengatakan jika harus membiayai infrastruktur darat dan maritim, instrumen keuangan syariah yang paling bisa diandalkan adalah sukuk.

Sulit jika program pembangunan pemerintah ditumpukan pada perbankan syariah. Sebab aset perbankan syariah yang saat ini sekitar 260-270 triliun belum mencukupi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang nilainya lebih dari itu.

''Project based sukuk harus diperbesar porsinya dibanding wholesale sukuk. Karena lebih jelas tujuan penggunaan dananya,'' kata Azis, Jumat (19/12).

Meskipun investor sukuk bisa jadi berasal dari sektor keuangan konvensional, skema sukuk mengharuskan mereka untuk mengikuti kesesuaian syariahnya.

Selain edukasi untuk memahami skema, perlu ada upaya diplomasi yang bagus juga dari pemerintah untuk mengundang investor dari negara-negara Muslim dari Timur Tengah untuk berinvestasi dalam project based sukuk.

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi syariah, Jadi Suriadi mengatakan modal perbankan syariah masih kecil. Jika dialokasikan untuk membiayai infrastruktur dan kemaritiman, modal akan habis.

Tapi kemungkinan itu masih terbuka jika pemerintah merealisasikan penempatan dana haji ke bank syariah. Ia juga yakin dengan target market share keuangan syariah hingga 25 persen pada 2025, pemerintah sudah memiliki rencana.

Pertumbuhan perbankan syariah yang diprediksi Jadi hanya tumbuh 5-6 persen pada 2014 ini atau lebih rendah dari target 15-20 persen, juga membuat profit bank syariah menjadi kecil. Maka nilai-nilai dasar syariah harus jadi sisi kelebihan dan harus dimunculkan oleh bank syariah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement