Kamis 18 Dec 2014 00:40 WIB

'UMKM Memiliki Peran Penting'

Rep: C09/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Joko Widodo (kiri) melihat hasil kerajinan kain songket ketika berkunjung ke sentra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tuan Kentang, di Kelurahan Tuan Kentang, Kecamatan Seberang Ulu Satu, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (25/6).
Foto: antara
Joko Widodo (kiri) melihat hasil kerajinan kain songket ketika berkunjung ke sentra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tuan Kentang, di Kelurahan Tuan Kentang, Kecamatan Seberang Ulu Satu, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR –- Asisten Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Pascasarjana Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB-IPB), Noer Azzam Achsani, mengatakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki pengaruh sebesar 98,78% dalam perekonomian Indonesia.

Menurut data yang dihimpun MB-IPB, UMKM memiliki omzet Rp 300 juta per tahun dan aset Rp 50 juta per tahun. “UMKM memiliki peran penting karena meski dengan modal kecil, namun memiliki nilai transaksi besar,” ujar Noer, Senin (17/12).

MB-IPB secara konsisten mendukung perkembangan UMKM guna mendukung Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terkuat di dunia pada 2030. Namun, menurutnya, IPB telah memprediksi, pada 2030, Indonesia akan menduduki peringkat kelima negara dengan perekonomian terkuat.

“Saat ini Indonesia masih berada di urutan kesepuluh sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi tinggi,” jelasnya.

Untuk memperkuat perekonomian Indonesia, kata Noer, pelaku UMKM akan menghadapi tantangan globalisasi. Tantangan-tantangan tersebut di antaranya, persaingan meningkat, perubahan sikap dunia usaha, dan batas negara yang menjadi nisbi secara ekonomi.

“Jika kita tidak mampu bersaing di dunia global, kita hanya akan menjadi penonton,” kata dia.

Selain itu, pelaku UMKM juga akan menghadapi berbagai hambatan internal, di antaranya, masalah finansial seperti modal dan ketidakmampuan dalam mengelola keuangan.

“Pelaku UMKM mayoritas belum dapat mengelola keuangan secara transparan,” ungkap Noer.

Minimnya pengetahuan mengenai pemasaran juga menjadi hambatan yang perlu segera diatasi. Pelaku UMKM, tambah dia, harus memiliki akses teknologi dan pelatihan mengenai quality control.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement