Senin 15 Dec 2014 17:17 WIB

E-Money Raskin Sebaiknya Diterapkan di Perkotaan

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja mengangkut beras miskin (raskin) untuk didistribusikan ke warga (ilustrasi).
Foto: Antara/Aco Ahmad
Pekerja mengangkut beras miskin (raskin) untuk didistribusikan ke warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Penerapan E-Money untuk pembelian raskin tak perlu sekaligus untuk seluruh wilayah Indonesia. Jika ingin menerapkannya, pemerintah terlebih dahulu mesti menetapkan pilot project di kawasan tertentu, utamanya di kawasan perkotaan yang sudah didukung infrastruktur penunjang pemakaian e-money.

“Saya menduga kita tidak akan melaksanakannya secara total, mungkin untuk kota besar bisa, kalau ada minimarket yang siap, misalnya,” kata Pakar Ekonomi Pangan sekaligus Dewan Pendiri Indef Bustanul Arifin pada Senin (15/12).

Diterangkan Bustanul, pada dasarnya esensi penerapan e-money dalam raskin adalah agar mempermudah masyarakat dalam menjangkau beras, di samping agar penyalurannya tepat sasaran dan terpantau. Makanya, Jakarta mungkin bisa jadi alternatif kawasan percontohan.

Menyoal pentingnya memperbaiki sekaligus mempertahankan program raskin, Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) Burhanuddin mengatakan, keberadaan raskin dan Bulog sangat penting. Sebab ia menjadi jaminan pasar dan jaminan harga bagi pengusaha penggilingan padi kecil.

“Jadi, raskin tidak boleh dihilangkan,” tegasnya.

Ia menambahkan, peningkatan produksi padi banyak dipengaruhi oleh proses penggilingan dari  gabah ke beras. Saat ini, kata dia, jumlah penggilingan padi mencapai 90 persen se-Indonesia dan didominasi pengusaha kecil dan menengah. Karena berpengaruh besar terhadap produksi, pemerintah juga seharusnya memerhatikan proses penggilingan beras agar meningkatkan rendemen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement