Rabu 10 Dec 2014 17:28 WIB

Ekonom: Rupiah Masih Aman, Tapi...

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rupiah
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar di level Rp 12.350 dinilai masih aman. Pergerakan rupiah dari awal 2014 di level Rp 12.200 menuju Rp 12.350 dinilai tidak terlalu tajam.

Ekonom Senior Bank Standard Chartered, Fauzi Ichsan, mengatakan pelemahan rupiah tidak terlalu tajam, bahkan rupiah sempat menguat di level Rp 11 ribu. Sementara pada awal 2013 rupiah justru melemah sangat tajam sekitar 22-30 persen.

"Selama kurs dolar rupiah itu bisa dipatok atau pertahankan di level Rp 12.000 - Rp 13.000 dan stabil di level itu akan bisa diterima pelaku pasar," kata Fauzi kepada wartawan di kompleks gedung BI, Jakarta, Rabu (10/12).

Menurutnya, yang penting bukan level rupiah tapi fluktuasi dan stabilitasnya. Rupiah dinilai dalam kondisi aman jika dalam setahun bergerak melemah atau menguat di kisaran 5-7 persen. Hal itu menjadi tugas Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dan memastikan fluktuasi tersebut tidak terlalu tajam.

Fauzi menilai yang akan menjadi masalah jika rupiahnya terus melemah sedangkan Amerika bakal menaikkan tingkat suku bunga. Suku bunga Amerika di level 0,25 persen, kata Fauzi, bisa saja ditingkatkan menjadi 0,75 persen bahkan 1 persen yang akan memicu penguatan dolar. Meskipun mata uang negara lain juga melemah terhadap dolar AS.

Jika rupiah terus melemah, lanjutnya, pemasok dolar akan enggan menjual dolar. Artinya, eksportir akan menahan diri sebelum menjual dolar, sementara importir semakin panik dan memborong dolar.

"Kalau misalnya supplay dolar mengering atau dibatasi sementara demand dolar tajam otomatis harga dolar terhadap rupiah akan naik tajam," jelasnya.

Kondisi nilai tukar rupiah Indonesia dinilai berbeda dengan Yen Jepang yang terdepresi 15 persen. Menurut Fauzi, pelemahan Yen Jepang itu disengaja (by design). Hal itu menjadi kebijakan ekonomi pemerintah dan bank sentral Jepang untuk memperlemah Yen setajam-tajamnya. Sehingga ekspor Jepang bisa ditingkatkan.

Jika melihat struktur demografi Jepang, penduduknya semakin tua sehingga pasar domestik semakin lemah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dipacu melalui ekspor yang didukung fleksibilitas sektor manufaktur Jepang yang besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement