Rabu 03 Dec 2014 20:09 WIB

Pengamat: Kereta Bekas dari Jepang Pilihan Tepat

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menurunkan salah satu unit KRL bekas dari Jepang saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (17/3). (Republika/Yasin Habibi)
Petugas menurunkan salah satu unit KRL bekas dari Jepang saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (17/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jepang dinilai satu-satunya negara yang masih memproduksi kereta dengan spesifikasi rel yang ada di Indonesia. Sehingga pilihan terbaik untuk membeli kereta bekas adalah di Jepang. ‘

Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Alvinsyah, mengatakan selama ini yang dipakai Indonesia untuk rangkaian kereta Jabodetabek adalah kereta eks Jepang. Menurutnya, kondisi kereta di lapangan kondisinya masih nyaman dan aman.

 “Kalau dari sisi bisnis ini pasti pilihan terbaik, efisien, ekonomis, harga terjangkau, dan setiap beli barang punya speksifikasi teknis, artinya kalau pilihan kereta Jepang persyaratan teknis sudah dipenuhi,” kata Alvinsyah saat dihubungi Republika, Rabu (3/12).

Menurutnya, pilihan ideal memang beli baru, namun rel di Indonesia merupakan peninggalan Zaman Belanda. Ukuran rel tersebut sudah bukan standar, dimana strandar rel sekarang lebih lebar. Sementara negara yang masih memproduksi untuk jenis rel tersebut hanya Jepang.

“Sehingga pilihan kita ke Jepang, yang masih memproduksi kereta dengan jenis rel yang sama. Yang saya tahu kualitas barang Jepang hebat, kualitas baja terbaik di Jepang,” imbuhnya.

Di samping itu, dari aspek bisnis, PT KAI punya target profit. Namun, PT KAI sifatnya layanan sehingga layanan harus dipenuhi tapi profit harus dikejar. Opsinya, kata Alvinsyah, pilih yang paling murah tapi bisa memberikan layanan terbaik.

Sementara dari sisi nasionalime banyak yang mempertanyakan kenapa PT KAI tidak membeli dari PT INKA, Alvinsyah enggan berkomentar. Menurut persepsi yang didapatnya, kesan produk dalam negeri jauh lebih mahal ketimbang beli bekas dengan kualitas yang tidak lebih baik dari barang bekas dari Jepang.

Sehingga agak sulit kalau mencampur aduk antara kepentingan nasionalisme dengan kepentingan bisnis. Selain itu, pada 2019 PT KAI punya target kereta harus mengangkut  1,2 juta penumpang dalam sehari.

Saat ini, kereta baru mampu mengangkut 600 ribuan penumpang sehari, dikarenakan kekurangan armada. Jika tidak bisa mengangkut 1,2 juta penumpang pada 2019, lanjutnya, target tersebut tidak akan tercapai. Apalagi Direktur PT KAI sekarang menjadi Menteri sehingga target tersebut akan terus didorong.

“Kalau melihat dari segi publik, yang penting bisa dilayani, handal, nyaman dan harga terjangkau. Misi PT KAI apapun permintaan masyarakat dipenuhi. Saya sebagai penumpang tidak peduli bekas atau baru yang penting nyaman, dijamin aman, dan harga terjangkau,” tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement