Rabu 03 Dec 2014 19:29 WIB

Impor Kereta Demi Tarif Murah

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menurunkan salah satu unit KRL bekas dari Jepang saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (17/3). (Republika/Yasin Habibi)
Petugas menurunkan salah satu unit KRL bekas dari Jepang saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (17/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) berencana untuk mengimpor ratusan gerbong kereta bekas impor dari Jepang. Lantas apa alasannya? Humas KCJ Eva Chairunnisa mengungkapkan, alasan utama KCJ memutuskan membeli ratusan kereta bekas Jepang adalah permasalahan tarif.

"Mengapa bekas, tentu karena harganya lebih murah. Satu hal yang jadi pertimbangan, dalam membeli kereta, kita ujung-ujungnya harus merencanakan tentang penarifan. Kita bicara tentang pelayanan kepada konsumen. Kereta bekas tentu akan memberikan tarif yang lebih murah kepada pelanggan dibanding bila kami beli kereta baru yang mahal," jelas Eva kepada Republika, Rabu (3/12).

Eva juga menambahkan, kereta bekas yang KCJ beli dari Jepang, harga belinya 800 juta hingga 1 miliar rupiah. Sedangkan kereta baru harga belinya mencapai 10 hingga 12 milliar.

Jepang sendiri dipilih KCJ karena Jepang adalah satu-satunya negara yang masih memproduksi kereta dengan ukuran lebar roda yang sama dengan Indonesia. Kereta Jepang sama dengan kereta yang digunakan di Indonesia, dengan lebar roda 1067 milimeter.

"Sedangkan negara lain sudah beralih ke ukuran 1435 milimeter. Kalau pakai ukuran lain, maka itu urusannya bisa panjang. Karena harus ganti ukuran rel. Kita bicara tentang efisiensi," jelas Eva.

KCJ juga telah membuat rencana untuk melakukan impor dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini, lanjut Eva, sudah tertuang dalam rencana jangka panjang perusahaan hingga tahun 2018.

"Nah, dalam rencana itu tertuang bahwa kami menargetkan untuk menaikkan kapasitas penumpang hingga 1,2 juta orang per harinya. Saat ini kami masih 600 ribu orang per hari. Nah untuk mewujudkan itu tentu perlu kereta tambahan. Makanya kami juga sudah merencakan jumlah penambahan kereta ini. Lewat impor dari Jepang," jelasnya.

Mengenai investasi, Eva menyebutkan bahwa angkanya bervariasi setiap tahun. Dengan hitungan bahwa KCJ mengimpor kereta sebanyak 100 hingga 160 gerbong per tahunnya, dan dengan biaya berkisar antara 800 juta hingga 1 miliar rupiah, maka dibutuhkan dana 100 hingga 160 miliar pertahun.

"Misal tahun ini saja KCJ impor kereta bekas Jepang sebanyak 176 unit. Dan tahun depan sebanyak 120 unit. Jadi dikira kira, pertahunnya butuh 100 hingga 160 miliar rata-rata pertahunnya, hingga 2018," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement