REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia diprediksi bakal menaikkan suku bunga (BI rate) dan Fasbi rate jika The Fed menaikkan suku bunga pada semester dua 2015 mendatang. Kenaikan BI rate diprediksi mencapai 50 basis poin.
Kepala Ekonom Standar Chartered Bank, Fauzi Ikhsan, memperkirakan BI rate akan naik dari 7,75 persen menjadi 8,25 persen. Sebab mengikuti Fed Funds rate yang diprediksi naik dari 0,25 persen ke level 1 persen pada 2015. Kenaikan BI rate dan Fasbi rate tergantung kenaikan Fed funds rate, namun perbaikan ekonomi Amerika secara otomatis akan mendesak The Fed menaikkan suku bunga.
"Kalau misalnya The Fed naikin suku bunga di semester II 2015, BI terpaksa naikin BI rate dan Fasbi rate juga naik atau menaikkan Fasbi tanpa menaikkan BI rate," kata Fauzi di sela-sela acara forum investor Indonesia di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (26/11).
Menurutnya, kenaikan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) rate mendesak sebab BI hanya menaikkan BI rate tanpa menaikkan Fasbi rate setelah kenaikan harga BBM. Kenaikan BI rate dinilai sebagai sinyal ke publik dan pelaku pasar bahwa BI terus memantau inflasi dan ekspektasi inflasi.
"Fasbinya tidak naik artinya tidak ada penyedotan ekstra likuiditas perbankan ke BI," imbuhnya.
Fauzi memprediksi inflasi pada akhir 2014 mencapai 7,5 persen yoy. Angka itu sudah termasuk dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Tapi kan akhir tahun depan turun ke 4,5 persen karena tidak ada kenaikan harga BBM," ujarnya.
Menurutnya, kenaikan BI rate dan Fasbi rate akan berdampak negatif terhadap sektor riil. Namun, jika pemerintah bisa melakukan pengehematan dari pengurangan subdisi BBM untuk pembangunan proyek, dampak negatif tersebut bisa dinetralisir. "Kalau pun pertumbuhan kredit melambat tapi stimulus fiskal naik," tukasnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardjojo mengatakan bakal mengupayakan inflasi bakal ditekan di level 7,7 persen sampai akhir 2014.