Ahad 16 Nov 2014 15:48 WIB

Syarat Indonesia Jadi Raja Ekspor Fesyen Muslim, Apa itu?

Rep: c88/ Red: Agung Sasongko
Duta Fesyen Muslim Indonesia 2001 Dika Restiyanti (23 tahun) asal DKI jakarta (tengah) didampingi runner up juara satu Kholifah Nuzulia Firdausy (23 tahhun) asal jawa Timur (kanan), dan runner up juara 2 Nurul Adiyanti asal DKI jakarta (kiri) dalam malam p
Foto: republika
Duta Fesyen Muslim Indonesia 2001 Dika Restiyanti (23 tahun) asal DKI jakarta (tengah) didampingi runner up juara satu Kholifah Nuzulia Firdausy (23 tahhun) asal jawa Timur (kanan), dan runner up juara 2 Nurul Adiyanti asal DKI jakarta (kiri) dalam malam p

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki potensi untuk merajai ekspor fesyen Muslim dunia. Ini bisa dilihat dari menjamurnya desainer busana Muslim di Indonesia berikut variasi produk-produknya.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) AAGN Puspayoga menuturkan, Indonesia bisa menjadi raja ekspor busana Muslim dengan satu syarat. "Business follow the people," katanya di Jakarta pada Jumat (14/11).

Artinya, produk fesyen Muslim harus serius menyasar negara-negara yang memiliki penduduk Muslim. Puspayoga menambahkan selama ini belum ada negara yang menjadi pionir dalam ekspor busana Muslim. Oleh karenanya ini merupakan kesempatan yang baik  bagi Indonesia untuk mengambil peluang pasar yang belum banyak digarap.

Lebih lanjut ia mengatakan koperasi dan UKM memiliki peranan yang strategis dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketahanan ekonomi negara tecermin dari kuat tidaknya sektor koperasi dan UKM. "Kalau ketahanan ekonomi lemah maka koperasi dan UKM tidak akan berjalan dengan baik," tambahnya.

Ia mencontohkan pada periode 1992-2000 presiden Bill Clinton membuat program yang bernama Small Business Administration. Program itu merupakan bantuan dan pendampingan kepada UKM di AS. Hasilnya, melalui program ini perekonomian AS tumbuh dengan baik. Bahkan sejarah mencatat masa itu menjadi masa di mana pertumbuhan ekonomi AS mencapai titik tertinggi.

Perekonomian Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh karena jumlah UKM yang sangat besar mencapai 57 juta UKM. Ironisnya, jurang pemisah antara golongan kaya dan miskin makin lebar.

"Inilah tanggung jawab kita bersama bagaimana agar koperasi dan UKM dapat berperan besar dalam pembangunan nasional sehingga mampu memberikan pemerataan pembangunan dan pendapatan," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement