REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kerap menjadi momok dan kekhawatiran.Oleh karena itu menurut pengamat dan pelaku usaha, UKM yang harus didorong untuk terus maju.
Nurbaya Initiative Andi Sjarif mengungkapkan ekonomi Indonesia ditopang 56,6 juta UKM. Ia menyoroti usaha besar yang membantu UKM seperti memberi sumbangan sosial.
Masalah UKM, kata Andi, adalah akses perbankan dan hanya 0,4 persen yang sudah mengakses internet. Padahal, pada 2014 perdagangan online nilainya Rp 50 triliun dan akan mencapai Rp 106 triliun pada 2015.
Nurbaya Initiative membantu UKM untuk bisa go online. Jika tidak berbuat apa-apa, Rp 106 triliun mengalir ke luar negeri.
''Ini harus benar-benar keroyokan. Membantu UKM bukan hanya membantu Indonesia, tapi membantu saudara kita,'' kata Andi.
E commerce Indonesia diakuinya memang harus disesuaikan gaya masyarakat, terutama soal kepercayaan. Tapi untuk saat ini, kata Andi, fokusnya adalah bagaimana memastikan UKM punya toko online sehingga pemasaran makin luas.
Soal perbankan, yang harus belajar bukan UKM tapi perbankan. Bagaimana bank menyesuaikan dengan UKM dan financial inclusion bisa dirasakan.
''Tidak bankable bukan berarti tidak visible. Penting UKM untuk dibantu bank dan bank melakukan penyesuaian,'' kata dia.
CEO Wandour and Oxford Wempy Dyocta Koto mengungkapkan banyak pengusaha kecil yang belum punya akses untuk jadi lebih baik. Banyak yang takut dengan MEA, ia mengajak semua untuk berpikir dan bersikap positif.
Kapabilitas Indonesia luar biasa. Siap atau tidak, MEA akan tetap datang. Karena itu komunitas TDA jadi koneksi penting.
Ia mengaku senang bisa mengajak Princess Rima dari Kerajaan Arab Saudi untuk datang ke Indonesia. Inspirasi yang dibagi wanita yang dinobatkan sebagai orang terkreatif 2014 nanti ia harap bisa membuat pengusaha UKM Indonesia bisa bersaing lebih baik.
''Indonesia lebih pintar dalam kompetisi di pasar kita, Indonesia bisa menaklukan MEA. Mari bersikap positif,'' kata Wempy.