Kamis 13 Nov 2014 15:01 WIB

Realisasi Penerimaan Bea Cukai Baru 75 Persen

Bea Cukai
Foto: .
Bea Cukai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 31 Oktober 2014 baru mencapai Rp131,36 triliun atau 75,59 persen dari target APBN-Perubahan sebesar Rp173,73 triliun.

"Dibandingkan periode yang sama tahun 2013, terdapat kenaikan nominal sebesar Rp6,3 triliun atau 5,1 persen," kata Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai DJBC, Susiwijono di Jakarta, Kamis.

Susiwijono mengatakan realisasi pendapatan Rp131,36 triliun per akhir Oktober tersebut berasal dari penerimaan cukai sebesar Rp93,9 triliun, bea masuk sebesar Rp26,6 triliun dan bea keluar sebanyak Rp10,6 triliun.

Untuk proyeksi hingga akhir tahun 2014, ia memperkirakan penerimaan cukai bisa melampaui target Rp117,4 triliun atau mencapai kisaran Rp117,6 triliun, dengan melakukan berbagai upaya ekstra dalam dua bulan terakhir.

"Kita melakukan usaha ekstra dengan melakukan operasi pemberantasan barang kena cukai ilegal, melakukan audit terhadap perusahaan hasil tembakau serta meningkatkan operasi pengawasan. Ini bisa menambah Rp2,1 triliun," katanya.

Sementara, untuk bea masuk yang ditetapkan targetnya sebesar Rp35,67 triliun dan bea keluar sebesar Rp20,6 triliun, diperkirakan tidak mencapai sasaran APBN-Perubahan karena faktor perekonomian global yang masih mengalami perlemahan.

"Realisasi penerimaan bea masuk akhir tahun diperkirakan hanya mencapai Rp34 triliun atau 95,52 persen dari target dan bea keluar hanya mampu mencapai Rp11,62 triliun atau 56,41 persen dari target," ujar Susiwijono.

Faktor yang mempengaruhi turunnya penerimaan bea masuk antara lain selain karena perlambatan perekonomian global, namun juga akibat turunnya nilai impor serta perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang berlaku sejak Januari 2014.

Sedangkan, penerimaan bea keluar turun drastis disebabkan oleh tarif bea keluar CPO yang telah mencapai nol persen serta kebijakan hilirisasi bahan mineral yang mempengaruhi produksi dari dua perusahaan tambang besar, yaitu Freeport dan Newmont.

"Realisasi ekspor PT Freeport Indonesia tidak terpenuhi, hanya 681.575 metrik ton dengan bea keluar Rp1,24 triliun sejak produksi kembali pada Agustus, sedangkan perkiraan ekspor PT Newmont sejak beroperasi kembali pada Oktober, hanya 152.257 metrik ton dengan bea keluar setara Rp264 miliar," katanya.

Secara keseluruhan, sampai akhir tahun, diperkirakan DJBC hanya akan mampu mengumpulkan penerimaan sebesar Rp163,36 triliun atau 94,03 persen dari target total penerimaan bea dan cukai pada APBN-Perubahan 2014.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement