Senin 10 Nov 2014 13:33 WIB

Di Hari Pahlawan, Harga Bahan Pokok Naik

Rep: c93/ Red: Erdy Nasrul
Makanan yang mengandung bawang kerap jadi salah satu penyebab bau tak sedap di kaki.
Foto: dok Republika
Makanan yang mengandung bawang kerap jadi salah satu penyebab bau tak sedap di kaki.

REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November ini disambut dengan kenaikkan harga bahan pokok termasuk sayuran. Di Pasar Ciputat contohnya, sejak sepekan terakhir harga sayur, seperti cabai dan bawang merah terus naik.

Semula harga bawang merah adalah Rp 19 ribu per kilogram. Kini, pedagang mematok harga Rp 26 ribu per kilogram. Adapun cabai merah, mengalami kenaikan cukup signifikan.

Sebelumnya, satu kilogram cabai dijual dengan harga Rp 21 ribu. "Sudah seminggu ini harga cabai merah naik lebih 100 persen. Sekarang per kilogram mencapai Rp 55 ribu," terang salah seorang pedagang sayur, Ridwan, Senin, 10 November 2014.

Pria berusi 53 tahun tersebut mengatakan harga cabai merah besar dan cabai keriting terus mengalami kenaikan tiap harinya. Menurut Ridwan, Selain rencana pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak, lonjakan harga dipengaruhi pula oleh banyaknya petani cabai yang gagal panen.

Ridwan berharap kenaikan harga barang kebutuhan pokok diharapkan bisa tetap dalam batas yang wajar. Sehingga, tidak merepotkan para ibu rumah tangga dalam melengkapi kebutuhan sehari-hari.

Pedagang sayuran lainnya, Imas (47) membenarkan adanya kenaikan harga tersebut. Bahkan menurutnya, kenaikan tidak hanya terjadi pada harga Cabai Merah dan Bawang Merah saja.

Seperti halnya cabai hijau naik dari Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu per kilonya. Bawang putih juga mengalami kenaikan dari yang awalnya Rp 12 ribu menjadi Rp 13 ribu per kilonya. Begitu pula dengan harga kentang yang naik Rp 1.500 per kilonya dari Rp 8 ribu menjadi Rp 9.500.

"Sayuran seperti kol, tomat, wortel dan kacang tanah juga mengalami kenaikan Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilonya. Kenaikan harga ini sudah terjadi sepekan terakhir," ujar Imas Masitoh.

Menurut wanita berdarah sunda tersebut, kenaikan harga ini semakin diperparah dengan sulitnya mendapatkan pasokan barang. Sebab banyak petani gagal panen sebagai dampak kemarau panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement