REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior, Emil Salim menilai Indonesia memiliki modal untuk menjadi negara maju di Asia karena memiliki kekayaan dalam bidang kemaritiman, sumber daya alam maupun jumlah penduduk yang besar.
"Potensi itu bisa dimanfaatkan untuk membuat 'branding' Indonesia sebagai 'manufacturer of Asia'," katanya di Jakarta, Ahad (10/11).
Emil menegaskan Indonesia memiliki kekayaan alam yang unik, baik di darat maupun lautan, karena letak geografis yang berada di wilayah khatulistiwa. Meskipun demikian, menurut dia, potensi yang ada tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
"Mari kita memanfaatkan keunikan itu. Pertanyaannya, apa nilai tambah yang bisa kita kembangkan? Bagaimana mengembangkannya? Itu perlu dijawab lewat ilmu pengetahuan," ujarnya.
Salah satu caranya adalah dengan mendorong pengembangan dan penelitian, agar pemanfaatan sumber daya alam unggulan Indonesia berjalan efektif dan tidak hanya terjadi eksploitasi.
"Sumber daya alam bukan untuk dieksploitasi tapi harus dikembangkan, misalnya spesies ikan yang unggul harus dikembangbiakkan dan diperkaya," katanya.
Emil menekankan pentingnya bidang pendidikan baik di sektor formal maupun informal, yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia, agar mampu bersaing dengan negara lain menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
"Kita harus tingkatkan produktivitas pekerja yang saat ini masih di level 'semi-skilled', jadi harus tancap gas. Pebisnis juga harus mengembangkan kemampuan pekerja dan diberi insentif fiskal oleh pemerintah. Perkuat pula sekolah kejuruan," jelasnya.
Ia menambahkan investasi jangka panjang dalam bidang pendidikan tinggi harus tetap dilakukan oleh pemerintah, terutama dalam bidang sains, teknologi, ilmu rekayasa, dan matematika.
"Saran saya, buka bidang itu untuk pengajar asing supaya kita mendapat lompatan pengetahuan. Sementara di bidang sosial tetap kita kembangkan sendiri," kata mantan birokrat pada era Orde Baru ini.
Selain itu, ia melanjutkan bonus demografi pada 2030 juga harus dimanfaatkan untuk menyalip raksasa Asia seperti Jepang, Cina, dan Korea yang memiliki komposisi penduduk menua, serta agar lolos dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
"Kesempatan untuk tancap gas ini mutlak dipakai, karena setelah ini momennya tidak ada lagi," kata mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, merangkap Anggota Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup ini.
Namun, kualitas penduduk Indonesia saat ini masih jauh dari ideal, karena sekitar 50 persen penduduk berusia 25-59 tahun, atau sebesar 54,8 juta jiwa, hanya mengenyam pendidikan dasar.
"Berarti kita perlu meningkatkan sektor pendidikan informal untuk menghasilkan pekerja yang terampil dan terlatih, melalui berbagai pelatihan bersertifikat," katanya.