REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat bisa lebih baik dibanding kuartal ketiga yang hanya 5,01 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI), Juda Agung mengatakan, pertumbuhan pada kuartal keempat tergantung dari konsumsi pemerintah. Jika konsumsi pemerintah positif, maka pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh.
Sebaliknya, jika konsumsi pemerintah negatif, pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dibandingkan kuartal ketiga. "Kuartal keempat sangat tergantung pada fiskal, tergantung pada konsumsi pemerintah. JIka konsumsi pemerintah seperti kuartal ketika, maka masih akan rebound," ujar Juda, Kamis (6/11).
Center of Reform on Economics (Core) memproyeksikan total pertumbuhan ekonomi hanya di level 5,1 persen. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan asumsi APBN yang ditargetkan 5,6 persen.
Direktur Eksekutif Core Hendri Saparini mengatakan banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak sesuai harapan.
Misalnya, kebijakan BI untuk mempertahankan suku bunga tinggi sejak kenaikan harga BBM subsidi pada 2013. Hal ini menyebabkan kenaikan suku bunga kredit hingga 12 persen.
Kebijakan pengetatan kredit, peningkatan mata uang dan pembatasan skema pembiayaan di sektor properti juga mendorong perlambatan investasi yang signifikan.