Rabu 05 Nov 2014 16:04 WIB

Harga CPO Turun, Revenue UNSP Justru Naik

Rep: EH Ismail/ Red: Agung Sasongko
Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.
Foto: REUTERS
Seorang pekerja mengecek kualitas minyak sawit mentah (CPO) di pabrik pembuatan minyak sawit.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Harga jual minyak kelapa sawit (CPO) dan karet melorot tajam tahun ini. Namun, kondisi itu tidak berpengaruh terhadap kinerja PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).

Perseroan tetap mampu menikmati hasil penjualan yang tinggi, bahkan meningkat 41 persen dibanding perolehan nilai penjualan (revenue) pada periode waktu yang sama tahun 2013 lalu, saat harga CPO di pasaran lebih tinggi dibanding tahun ini.

Catatan positif ini antara lain merupakan hasil dari strategi jitu Perseroan melakukan peningkatan produksi sawit dan karet di tengah kondisi harga pasar komoditas sawit dan karet yang masih berada di level yang rendah.1.

Pada kuartal 3-2014 harga komoditas sawit (CPO) turun ke level terendah USD 670 per ton CIF Rotterdam dibandingkan harga di kuartal 3-2013 yang level terendahnya saat itu tercatat USD 810 per ton. Sementara data UNSP menunjukkan harga CPO pernah mencapai level tertinggi USD 1.700 per ton di April 2011.

Kondisi serupa juga terjadi di komoditas karet. Di kuartal 3-2014 harga komoditas karet turun ke level terendah USD 1,6 per kg dibandingkan harga di kuartal 3-2013 yang masih bertahan di level terendahnya USD 2,6 per kg. Data Perseroan menunjukkan harga karet pernah mencapai level tertinggi USD 6,2 per kg pada Februari 201

“Nilai penjualan UNSP sembilan bulan pertama tahun 2014 ini mencapai Rp 2,028 triliun, naik jika dibanding Rp 1,439 triliun pada sembilan  bulan pertama tahun 2013 lalu.  Ini membuktikan bahwa fundamental bisnis kami sebenarnya tetap kuat untuk terus memacu kinerja,” kata Andi W. Setianto, Direktur UNSP kepada wartawan di Jakarta,  Rabu (5/11). 

Dari laporan perseoran yang dirilis, Jumat kemarin, diketahui emiten perkebunan ini sukses menorehkan kinerja positif di sembilan bulan pertama tahun 2014.  Selain penjualan yang melonjak hingga 41 persen tersebut, laba operasi dan laba kotor UNSP juga naik cukup signifikan.

“Hasilnya sudah mulai terlihat sejak awal tahun ini.  Perlahan tapi pasti, kami berhasil melakukan perbaikan dan memulihkan kekuatan fundamental bisnis kami. Hasilnya semakin kelihatan nyata pada kuartal ketiga ini,” ujarnya.

Laporan Keuangan kuartal tiga tahun ini menunjukkan bahwa kinerja Perseroan memang kian membaik dan positif.  Laba kotor meningkat 45 persen dari Rp 395 miliar di kuartal 3-2013 menjadi Rp 575 miliar di kuartal 3-2014.  Perolehan laba operasi juga meningkat hingga 106 persen dari Rp 135 miliar menjadi Rp 278 miliar. 

“Dalam jangka pendek ini kami berhasil fokus pada optimalisasi produktivitas pabrik melalui peningkatan pembelian sawit dan karet dari petani, yang juga sekaligus membantu peningkatan ekonomi mereka. Kami akan melanjutkan upaya peningkatan produktivitas aset dan sustainability struktur permodalan yang tercermin di rasio hutang yang sehat, mengacu ke best practice.”, kata Andi.

Sementara itu, melalui unit usaha kerja sama patungan PT ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia (“ASD-BSP”), Perseroan  juga telah melakukan  inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama. Bibit unggul ASD-BSP ini berpotensi menghasilkan hingga 40 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektar dibandingkan dengan umumnya 25-30 ton TBS per hektar.

Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi fokus ke Sustainable Productivity akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang. “Kami menjadi semakin optimis, dalam jangka menengah dan panjang Perseroan akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement