Kamis 30 Oct 2014 09:41 WIB

Malang Poros Alternatif Perdagangan Internasional

Pesawat Citilink di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang.
Foto: Republika/Erik PP
Pesawat Citilink di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jatim,Hadi Prasetyo mengemukakan wilayah Malang Raya, khususnya Kota Malang, bisa menjadi poros alternatif pintu masuk bagi perdagangan internasional, terutama untuk kawasan ASEAN.

"Walaupun wilayah Malang Raya ini tidak memiliki pelabuhan besar, tapi layak dijadikan proyek percontohan perdagangan bebas di kawasan ASEAN karena wilayah ini memiliki potensi dan kekuatan ekonomi luar biasa dibandingkan dengan daerah lain di Jatim," tegas Hadi Prasetyo ketika membuka "Pesta Rakyat dan Pentas Seni Jatim 2014" di Stadion luar Gajayana Malang, Rabu malam (29/10).

Ia mengemukakan meski Malang Raya tidak memiliki pelabuhan laut, seperti Surabaya, namun Malang memiliki bandara yang bisa dikoneksikan dengan wilayah lain di Indonesia, bahkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN. Apalagi, kalau melihat angka pertumbuhan ekonomi di wilayah itu, maka sudah selayaknya Malang Raya dilibatkan penuh menjadi pintu masuk alternatif perdagangan internasional dan Indonesia Timur.

Surabaya, lanjutnya, memang sebagai pintu utama, namun harapan Gubernur Jatim Soekarwo, Malang Raya juga bisa menjadi pintu masuk alternatif bagi investasi dan perdagangan dari Indonesia Timur dan ASEAN.

Menurut dia, negara-negara di kawasan ASEAN saat ini sangat ingin menguasai pasar Jatim karena provinsi ini tidak hanya memiliki penduduk sekitar 39 juta jiwa, tapi bisa berkembang lebih banyak karena provinsi ini mewakili Indonesia Timur.

Oleh karena itu, banyak negara memperebutkan Jatim sebagai pasar utama produk-produknya. "Sekarang bagaimana upaya kita agar Jatim ini tidak menjadi pasar potensial mereka, tapi lebih memilih produk-produk dalam negeri, khususnya hasil produksi dari produsen di wilayah Jatim," tegasnya.

Menurut dia, pesta rakyat yang diikuti dengan pameran produk dari usaha kecil menengah (UKM) dan pengusaha kecil ini harus bisa menjadi wahana utama untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dalam negeri dan jadikanlah pameran tersebut sebagai panggung kecil untuk bertarung di tingkat perdagangan bebas ASEAN (MEA) yang mulai diterapkan Januari tahun depan.

Lebih lanjut, Hadi Prasetyo mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional, 40 persennya disumbang dari pertumbuhan ekonomi di Jatim, sehingga secara nasional juga berpengaruh sangat signifikan. Jika pertumbuhan ekonomi di Jatim rendah, secara nasional juga akan rendah, demikian sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi Jatim tinggi secara nasional pun juga akan tinggi.

Sementara tingginya pertumbuhan ekonomi di Jatim yang pada semester pertama 2014 mencapai 6,17 persen, katanya, tidak lepas dari peran wilayah Malang raya yang pertumbuhan ekonominya juga tinggi, yakni sekitar tujuh persen.

"Oleh karena itu, sudah sewajarnya kalau Malang raya ini menjadi pintu gerbang alternatif bagi Jatim," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement