Ahad 26 Oct 2014 23:59 WIB

Empat Tipe Konsumen Kelas Menengah Muslim di Indonesia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Agung Sasongko
Komunitas Hijabers
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Komunitas Hijabers

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya jumlah kelas menengah Muslim di Indonesia akan mendorong kebutuhan produk halal. Bagi pelaku pasar, ini adalah peluang. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memasuki pasar ini.

Peneliti dari Middle Class Consumer Studies (CMCS), Yuswohady Pihaknya membagi jenis Muslim Indonesia ke dalam empat sosok yaitu apathist,conformist,rationalist,dan universalist,” katanya.

Apathis adalah tipe 'emang gue pikirin' yakni konsumen yang memiliki pengetahuan,wawasan, dan seringkali tingkat kesejahteraan ekonomi yang masih rendah. Kepatuhan dalam menjalankan nilai Islam juga rendah. Konsumen tipe ini disebutnya tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai produk-produk berlabel Islam.

Tipe konsumen Muslim kedua yaitu Rationalist yaitu tipe 'Gue dapat apa?' Yakni konsumen yang memiliki pengetahuan, pikiran yang terbuka, dan wawan global, tetapi memiliki tingkat kepatuhan pada nilai Islam yang lebih rendah. Jadi nilai Islam atau kehalalan bukan menjadi keputusan penting dalam mengambil keputusan pembelian.

“Segmen ini sangat kritis dan pragmatis dalam melakukan pemilihan produk berdasarkan parameter kemanfaatannya dan cenderung mengesampingkan aspek-aspek ketaatan pada nilai-nilai Islam,” ujarnya.

Sementara konsumen tipe conformist memiliki prinsip 'pokoknya harus Islam' yakni sosok sipe konsumen yang umumnya sangat taat beribadah atau menerapkan nilai-nilai Islam secara normatif. Karena keterbatasan wawasan dan sikap yang tradisional, sosok konsumen ini cenderung kurang membuka diri terhadap nilai-nilai di luar Islam. Khususnya nilai-nilai dari Barat.

“Untuk mempermudah pengambilan keputusan, mereka (konsumen Muslim conformist) memilih produk-produk yang berlabel Islam atau yang didorong oleh otoritas Islam atau tokoh Islam panutan,” katanya.

Tipe terakhir adalah universalist yaitu tipe yang berpikir 'Islami itu lebih penting'. Disatusisi konsumen Muslim tipe ini memiliki wawasan luas,pola pikir global, dan melek teknologi. Namun di sisi lain, secara teguh menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

“Mereka memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam secara substantif, bukan normatif. Mereka lebih mau menerima perbedaan dan cenderung menjunjung tinggi nilai-nilai yang bersifat universal,” ujarnya.

Empat sosok konsumen Muslim ini memiliki impian,aspirasi, nilai-nilai, dan perilaku masing-masing. Berdasarkan pemahaman mengenai karakteristik konsumen di masing-masing sosok, kata dia, pemasar akan tahu persis bagaimana memperlakukan mereka. Ketiga, pemasar harus mampu merangkul semua kalangan Muslim. Tidak hanya eksklusif terbatas kalangan Muslim. Pemasar juga harus terbuka, berlapang dada terhadap informasi, dan tentunya toleran terhadap perbedaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement