Senin 13 Oct 2014 15:40 WIB

Krisis Energi Indonesia Masuk Kategori Darurat!

Rep: C74/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Antrean BBM di SPBU (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Krisis energi di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Cadangan minyak di Indonesia semakin banyak dipertanyakan oleh banyak pihak.

Ketua Umum Pusat Advokasi Studi Indonesia Muhammad Taufik Riyadhi mengatakan sudah banyak wacana dari pemerintah untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Sayangnya, namun belum ada upaya untuk mengimplementasi wacana-wacana tersebut.

"Wacana-wacana, saran dan anjuran dari akademisi dan LSM sudah banyak namun belum ada upaya pemerintah untuk mewujudkan wacana-wacana tersebut," kata Taufik dalam acara Menelaah Kebijakan Energi Nasional 2014-2017 di Universitas Indonesia, Senin (13/10).

Taufik mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk menanggulangi cadangan minyak yang semakin sedikit. Taufik mencontohkan pemerintah dapat membangun atau mengembangkan energi baru dan terbarukan yang sudah sering disuarakan oleh akademisi dan LSM Lingkungan.

Taufik berharap pemerintah Jokowi-JK dapat sesegera mungkin membangun dan mengembangkan energi baru dan terbarukan. Taufik mengatakan hal yang paling mudah bagi pemerintah adalah mensosialisasikan hemat energi.

Taufik mengakui sosialisasi menghemat energi memang sudah dilakukan namun menurutnya sosialisi yang dilakukan pemerintah belum dilakukan secara masif. "Perlu sosialisasi yang lebih besar, sampai orang sadar akan krisis energi ini," kata Taufik.

Sekretaris Ditjen Migas Kementerian ESDM Agus Cahyono mengatakan cadangan minyak bumi Indonesia hanya mempunyai 4,3 Miliar Barrel. Angka tersebut sangat rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk, ekonomi dan kebutuhan transportasi.

"Kalo dilihat dari total cadangan minyak dunia kita memang cuma tiga persen," kata Agus.

Agus mengatakan Indonesia masih dapat memanfaatkan energi gas. Walaupun energi gas juga energi fosil namun cadangan energi gas masih dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Agus juga mengatakan pemerintah juga akan memfokuskan energi baru dan terbarukan. Energi baru dan terbarukan bukan lagi menjadi energi alternatif namun juga akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.

"Masalahnya energi baru dan terbarukan lebih mahal daripada energi BBM," kata Taufik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement