REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan, memrediksi akan terjadi penurunan yang tajam terhadap impor Indonesia. Menyusul, melemahnya nilai rupiah dan menurunnya harga value pasar dunia.
Meski demikian, kementerian ini masih optimistis asumsi transaksi berjalan hingga akhir tahun jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutif, mengatakan, untuk asumsi transaksi berjalan ini pihaknya akan menyerahkan ke Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Akan tetapi, pihaknya menginginkan asumsi transaksi berjalan tersebut harus lebih baik lagi. Atau di bawah 4,27 persen.
"Di akhir masa jabatan, saya ingin asumsi transaksi berjalan jauh lebih baik," ujarnya, Kamis (9/10).
Saat ini, pihaknya sedang melihat trade balanced terlebih dulu. Melihat bahwa situasi sekarang ini, akan terjadi penurunan yang tajam di dalam impor. Karena rupiahnya melemah. Sedangkan, harga value pasar dunia menurun.
Apalagi, impor Indonesia 77,6 persennya merupakan bahan baku dan bahan penolong untuk ekspor. Jadi, kalau ekspor harganya lemah, maka akan sulit juga akan sulit untuk industri untuk mengimpor banyak-banyak. Akan terjadi mix match gap. Sehingga, sampai akhir tahun ini asumsi transaksi berjalan harus lebih baik lagi.
Meski demikian, lanjut Lutfi, memasuki akhir 2014 ini, kinerja ekspor diprediksi akan terus menguat. Karena, hingga akhir Agustus kemarin kinerja ekpor mencapai 14,5 miliar dolar AS. Atau tumbuh 2,5 persen di banding bulan sebelumnya.
Penguatan tersebut, menaikan neraca perdagangan tanah air. Apalagi, saat ini keran ekspor mineral dan tambang kembali di buka. Selain itu, Indonesia juga masih memiliki sejumlah unggulan ekspor. Yakni, di sektor industri kendaraan dan furniture dan pertanian.
"Bahkan, ekspor pertambangan dan pertanian semakin menguat," ujarnya.
Meskipun ekspor mengalami peningkatan, tetapi impor naik lebih tinggi. Sehingga, neraca perdagangan pada Agustus kemarin mengalami defisit sebesar 318,1 juta dolar AS.
Karena itu, lanjut Lutfi, pihaknya harus merevisi target ekspor 2014 ini. Target ekspor tahun ini diturunkan lima persen dari 190 miliar dolar AS. Revisi tersebut, disebabkan melemahnya harga minyak sawit.
"Jadi, sampai akhir tahun target ekspor kita hanya 180,5 persen," tutupnya.