REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal syariah Malaysia menunjukkan trend positif. Produk perbankan syariah dan surat utang syariah (sukuk) tak lagi dipanjang produk khusus untuk umat Islam, tapi untuk semua.
Malaysia memang sudah lama berupaya memimpin pasar modal syariah global. Chair Malaysian Investmen Banking Association (MIBA) Stockbroking Committee Malaysia, Datin Ami Moris mengatakan Malaysia menjadi penerbit sukuk terbesar di dunia.
Di masyarakat, ekuitas, sukuk, dan perbankan syariah tidak lagi dipandang hanya boleh digunakan Muslim tapi untuk semua. Sebab banyak insentif yang diberikan untuk produk syariah misalnya pengurangan pajak dan kelonggaran struktur produk.
''Ini sengaja dilakukan otoritas di Malaysia sehingga produk keuangan syariah kompetitif dengan produk keuangan konvensional,'' kata Ami kepada Republika usai seminar 'Kesiapan Perusahaan Efek Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN' yang digelar Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Kamis (2/10).
Pada 2013 lalu 88 persen emiten di pasar modal Malaysia sudah masuk kategori sharia compliance. Namun setelah ada penyeleksian yang lebih ketat akhir tahun lalu, emiten yang masuk kategori sharia compliance menjadi 78 persen dari sekitar 900 emiten yang ada.
Malaysia memang sedang berupaya bekerja sama dengan lebih banyak bank untuk bisa mengeluarkan lebih banyak sukuk. Perusahaan efek seperti Maybank juga akan mengeluarkan sukuk untuk Singapura.
Terjadi persaingan yang ketat di pasar modal syariah di Malaysia sekarang. Peminatnya tidak hanya dari Timur Tengah, tapi juga dari seluruh dunia yang berminat dengan pasar modal syariah termasuk dari AS, Inggris, dan Jepang.
Ami melihat pasar modal syariah akan terus tumbuh karena penggunaannya tidak hanya untuk Muslim, tapi bagi mereka yang mencari social responsible investment.
Pasar modal syariah makin diminati dunia. Terbukti dengan dikeluarkannya sukuk di Inggris dan Jepang. ''Pasar modal syariah memang jadi area penting,'' kata Ami.