REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Naik turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan refkesi sikap pelaku pasar modal terhadap kondisi dalam negeri. Gejolak yang timbul harus direspon dengan benar agar tak berkepanjangan.
Investor akhirnya mengamati juga kondisi politik Indonesia belakangan ini. Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko BEI, Adikin Basirun mengatakan setiap pasar akan berada fase rebalancing dan wait and see di setiap perubahan pemerintahan.
Positifnya, perubahan akan membawa perbaikan. Jika pun ada gejolak di pasar, itu sudah merupakan hal biasa. Tinggal bagaimana merespon agar gejolak tak berkepanjangan.
''Bagaimana pasar merespon terefleksi dalam naik turun indeks. Jika indeks turun pasar tidak setuju dengan kondisi yang ada dan sebaliknya,'' kata Adikin usai seminar Kesiapan Perusahaan Efek Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kamis (2/10).
Tapi, tidak ditampik ada pula yang memanfaatkan ini untuk ambil untung sebab IHSG naik cukup tinggi beberapa tahun belakangan. Kapitalisasi pun naik jika dibanding tahun lalu meski dibandingkan September memang saat ini turun.Adikin yakin Indonesia masih potensial bagi perkembangan investasi ke depannya.
Sementara itu Koordinator Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Susi Meilina tak ingin banyak berkomentar tentang kondisi politik saat ini. Sebagai bagian pelaku pasar modal, APEI sendiri menaruh banyak harapan kepada pemerintah baru.
''Semoga pemerintah baru peduli dengan pasar modal nasional, tidak seremonial semata dan mendukung program-program OJK dan BEI. Biar bagaimanapun pasar modal Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri,'' tutur Susy.
Karena itu investor domestik harus diperbanyak meski saat ini 63 persen investor pasar modal Indonesia adalah investor asing. Ini kewenangan regulator untuk menumbuhkan investor domestik.