Jumat 19 Sep 2014 22:16 WIB

Gawat, Arus Modal Keluar Bayangi Indonesia

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih Mirza Adityaswara
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih Mirza Adityaswara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Indonesia dibayangi risiko pembalikan arus modal. Hal ini dikarenakan masih tingginya ketergantungan negara terhadap arus modal luar negeri.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityawarman mengatakan, ketika ada modal masuk Indonesia akan menikmati arus modal. Tetapi ketika modal keluar maka sektor keuangan akan mengalami goncangan. "Goncangan di sektor keuangan akan merembet ke sektor riil," katanya pada diskusi Kenaikan BBM: Dilema Defisit Transaksi dan Inflasi, Jumat (19/9) di Jakarta.

Salah satu cara untuk menanggulanginya adalah dengan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Mirza menuturkan agar neraca perdagangan menjadi sehat, pemerintah perlu memangkas subsidi BBM. Saat ini, harga BBM masih jauh di bawah harga keekonomian. Dengan memotong subsidi otomatis harga BBM akan mencapai harga keekonomian.

Meski kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi, ada cara yant dapat dilakukan agar inflasi terkendali. "Subsidi harus fix di satu angka," imbuhnya.

Artinya, jumlah subsidi harus tetap. Ia mencontohkan jika pemerintah menetapkan subsidi sebesar Rp 2.500,00 per liter, maka jumlah itu tak boleh berubah-ubah meski harga minyak dunia naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement