Kamis 11 Sep 2014 03:30 WIB

Industri Makanan-Minuman Berat Hadapi MEA

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Makanan. Ilustrasi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Makanan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengklaim belum siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Pasalnya, industri kecil makanan dan minuman Indonesia masih berada di level dua. Jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Jadi, persaingannya akan sangat berat.

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S Lukman, mengatakan, industri kecil jenis makanan dan minuman Indonesia masih sulit untuk bersaing dengan produk luar. Terutama, dari Singapura dan Malaysia yang levelnya sudah di atas Indonesia.

"Makanya, kami sangat berat menghadapi MEA 2015 mendatang," ujarnya, kepada Republika, Rabu (10/9).

Penyebab kesulitan ini, banyak faktor. Salah satunya, soal kehigienisan dan keamanan makanan dan minuman tersebut. Serta, masih minimnya pra saranan dan sarana yang disiapkan pemerintah.

Adhi menyebutkan, kehigienisan makanan minuman Indonesia masih satu level dibawah Singapura dan Malaysia. Salah satunya, makanan dan minuman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bahan berbahaya. Seperti formalin.

Selain itu, kehigienisannya masih belum terjaga. Salah satunya, di Indonesia sanitasi yang bagus masih sangat jarang. Akibatnya, air untuk mencuci bahan makanan dan minuman ataupun alat memasaknya tidak terjamin kehigienisannya.

Karena itu, pihaknya meminta supaya pemerintah juga bisa membantu pelaku industri kecil ini. Seperti, dengan memberikan edukasi mengenai keamanan dan kehigienisan bahan makanan serta minuman. Serta, membangun infrastruktur sanitasi yang memadai dan sesuai dengan standar internasional.

"Jika pra sarana dan sarananya sudah memadai, maka pelaku industri kecil ini bisa termotivasi untuk meningkatkan kualitas," ujarnya.

Pihaknya ingin, dalam menghadapi MEA nanti ada harmonisasi antara pemerintah dan pelaku industri kecil. Harmonisasi ini, diharapkan bisa menjadi dasar untuk menghadapi pasar tunggal ASEAN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement