Ahad 07 Sep 2014 18:18 WIB

Tinggi Muka Air Waduk Turun Saat Kemarau

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Maman Sudiaman
Waduk Jatigede
Foto: indoforum.org
Waduk Jatigede

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerja Umum (PU), melansir kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah merupakan fenomena normal. Pasalnya, saat ini memasuki musim kemarau. Meskipun normal, kementerian ini tetap mewaspadai terjadinya kemarau parah di sejumlah daerah. Wilayah yang masuk dalam daftar pengawasan ketat, seperti Kabupaten Gunung Kidul dan NTT.

Wakil Menteri Pekerja Umum, Achmad Hermanto Dardak, mengatakan, Kabupaten Gunung Kidul dan NTT menjadi wilayah langganan kekeringan. Daerah tersebut, yang paling parah terkena dampak musim kemarau setiap tahunnya. Karena itu, pada tahun ini pihaknya mengupayakan untuk membuat embung (penampung air) di dua wilayah tersebut.

"Tahun ini, kita sudah membangun embung-embung di daerah yang sering dilanda kekeringan," ujarnya, kepada Republika, Ahad (7/9).

Namun, data pasti jumlah embung yang dibangun, pihaknya belum mengantonginya. Namun yang jelas, di Gunung Kidul dan NTT, sudah dibuatkan sejumlah embung. Selain di dua wilayah itu, Papua Barat juga mendapat bantuan pembuatan embung.

Terkait dengan air waduk, Achmad mengaku, ada penurunan ketinggian muka air. Bahkan, untuk waduk dengan skala kecil yang kapasitasnya di bawah 1.000 meter kubik, saat ini sudah banyak yang tidak ada airnya.

Sedangkan, waduk dengan kapasitas besar yakni di atas 500 ribu meter kubik, terjadi penurunan muka air. Namun, air di waduk besar masih tersedia cukup banyak. Seperti, di Waduk Jatiluhur, Waduk Karang Kates, dan Waduk Gajah Mungkur.

Dengan ketersediaan air di waduk besar ini, berarti pasokan untuk irigasi masih cukup aman. Bahkan, seharusnya di Bulan September ini irigasi dalam kondisi kering. Karena, berdasarkan ketentuan setiap September, jaringan irigasi itu harus dilakukan pengawasan dan pemeliharaan.

"Jadi, seharusnya petani kita tidak tanam di bulan ini. Karena, jaringan irigasinya sedang dipelihara," ujarnya.

Tetapi, petani justru banyak yang mengabaikan ketentuan itu. Sehingga, pemeliharaan jaringan irigasi di Bulan September sulit terealisasi.

Meski demikian, pihaknya menghimbau supaya petani tidak melakukan tanam padi dulu di musim kemarau ini. Sebaiknya, mereka beralih ke palawija. Karena, kebutuhan air untuk tanaman palawija jauh lebih sedikit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement