REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Keberadaan perbankan syariah di Bali, manfaatnya paling besar dirasakan oleh nasabah non muslim. Hal itu, menurut Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali, Zulmi, terlihat dari komposisi pembiayaan sebesar 55 persen di rasakan nasabah non muslim dan hanya 45 persen nasabah beragama Islam.
"Ini menunjukkan bahwa perbankan syariah bukan hanya untuk ummat Islam saja, melainkan untuk semua golongan," kata Zulmi saat memberikan pemaparan pada acara Sarasehan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali di Denpasar pada Sabtu (6/9). Sarasehan tersebut membahas masalah politik, ekonomi, dan dakwah.
Di Bali, kata dia, terdapat sembilan Kantor Cabang Bank Umum Syariah, dengan total asset sebesar Rp 1,4 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang disimpan di perbankan syariah mencapai Rp 733 milyar dan pembiayaan Rp 1,4 triliun. Dibandingkan dengan 2012, angka itu meningkat 57,6 persen untuk asset, 30,19 persen untuk DPK dan 58,6 persen untuk pembiayaan.
Mengenai pertumbuhan perbankan di Bali, disebutkan Zulmi, cukup bagus. Hal itu terlihat dari data kredit investasi bank sebesar Rp 12,6 triliun, kredit modal kerja Rp 24,6 triliun, dan kredit konsumsi Rp 22,1 triliun. Besarnya peran perbankan dalam pertumbuhan ekonomi, dikatakannya menunjukkan bahwa perekonomian Bali juga sedang bangkit.
Pertumbuhan Ekonomi Bali sebut Zulmi, meningkat dari 5,43 persen menjadi 6,06 persen pada triwulan kedua 2014. Itu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang besarnya hanya 5,12 persen. Pertumbuhan didorong oleh sektor pajak hotel dan restoran (PHR) seiring pertumbuhan pariwisata.