REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan Juli surplus sebesar 123,7 juta dolar AS setelah bulan sebelumnya mengalami defisit 305,1 juta dolar AS. Sayangnya, berdasarkan analisis Bank Indonesia (BI), perbaikan neraca perdagangan tersebut tertahan oleh melebarnya defisit neraca perdagangan migas.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan defisit neraca perdagangan migas naik menjadi 1,6 miliar dolar AS dari 0,60 miliar dolar AS di bulan Juni 2014. "Meningkatnya defisit neraca perdagangan migas tersebut disebabkan oleh kenaikan impor migas sebesar 22,44 persen (mtm) di saat ekspor migas terkontraksi 8,59 persen (mtm)," ujar Tirta dalam siaran pers pada Senin (1/9).
Sementara itu, perbaikan kinerja neraca perdagangan dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas Juli 2014 yang meningkat dan melampaui defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Juli 2014 tercatat sebesar 1,73 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan dengan surplus pada Juni 2014 sebesar 0,31 miliar dolar AS.
Ia mengatakan, meningkatnya surplus nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas sebesar 19,55 persen (mtm) yang melampaui penurunan ekspor nonmigas sebesar 7,86 persen (mtm). "Penurunan impor nonmigas terjadi pada 10 golongan barang utama, dengan penurunan terbesar terjadi pada golongan mesin dan peralatan mekanik," ujarnya.
Sementara itu, penurunan ekspor nonmigas terutama dipengaruhi oleh turunnya ekspor mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin atau pesawat mekanik, perhiasan atau permata, serta kendaraan dan bagiannya. Di sisi lain, ekspor batubara, minyak nabati, dan produk manufaktur seperti pakaian dan barang-barang rajutan serta bahan kimia organik mengalami peningkatan. Penurunan ekspor nonmigas Juli 2014 terjadi pada hampir seluruh negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura, sedangkan ekspor ke India dan Australia tercatat meningkat.