REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan harus menjaga neraca keuangan untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed). Bank sentral AS diprediksikan akan menaikan suku bunga pada semester I-2015.
Direktur Utama PT Bank Mandiri, Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kenaikan Fed Fund Rate akan menekan nilai tukar rupiah. Namun, hal itu dapat diantisipasi jika Bank Indonesia (BI) kembali menaikan BI rate.
Menurut Budi, bank sudah terbiasa mengalami hal tersebut.
"Kita harus jaga balance sheet kita, gimana pengaruhnya kalau interest rate naik, apa dampaknya kalo exchange rate lemah," ujar Budi, Kamis (28/8).
Suku bunga yang meningkat akan membuat marjin perbankan tergerus. Untuk menghindari hal tersebut, perbankan harus menaikan suku bunga kredit.
Karenanya, perbankan harus menjaga kualitas kredit agar tidak menimbulkan kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL).
Budi mengatakan, berdasarkan pengalamannya, jika suku bunga naik, bank harus memprioritaskan likuiditas. "Kedua adalah kualitas kredit, sedangkan yang ketiga adalah marjin," ujarnya.
Sementara itu, jika otoritas moneter lebih memilih untuk membiarkan nilai tukar rupiah melemah, perbankan akan terkena dampak pada portofolio kredit dalam dolar AS.
Budi mengatakan, bank harus memonitor perusahaan mana saja yang terekspos pada dolar AS. "Kita mesti pastikan EBITDA mereka cukup kalau mereka harus bayar utang dengan kurs yang melemah," ujarnya.