Senin 25 Aug 2014 12:47 WIB

Pemenang Nobel Ingatkan RI Soal Ancaman Krisis

 Joseph Eugene Stiglitz
Joseph Eugene Stiglitz

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peraih Nobel ekonomi tahun 2001, Joseph Eugene Stiglitz mengingatkan negara-negara berkembang (emerging countries) termasuk Indonesia harus bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi global di masa mendatang.

Joseph Eugene Stiglitz menyampaikan hal itu kepada Asisten Direktur pada Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Muslimin Anwar usai mengikuti "5th Lindau Meeting on Economic Sciences" di Lindau, Jerman.

Muslimin Anwar yang mewakili Indonesia dalam pertemuan ekonom sedunia bersama para pemenang hadiah nobel sepanjang masa di Lindau- Jerman itu kepada Antara London, Senin, mengatakan bahwa ia sependapat dengan Stiglitz.

Joseph Eugene Stiglitz menyebutkan negara maju tidak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan ekonomi domestiknya saja dalam menetapkan kebijakan ekonomi karena terbukti dalam beberapa kejadian dalam satu dasa warsa terakhir, kebijakan negara maju berakibat buruk bagi perekonomian dunia.

Diantaranya kasus sub-prime mortgage 2008 di AS dan krisis keuangan dan fiskal di Eropa semenjak 2010, yang telah menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dunia.

Muslimin Anwar, yang mewakili Bank Indonesia dalam pertemuan 450 ekonom dunia dengan para pemenang nobel di bidang ekonomi ini juga sependapat dengan Stiglitz, bahwa Indonesia harus mengerjakan berbagai pekerjaan rumahnya khususnya reformasi struktural dengan meningkatkan daya saing ekspor dan kemandirian ekonomi guna membawa defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.

Menurut Stiglitz, negara berkembang (emerging countries) termasuk Indonesia diperkirakan akan terkena dampak buruk dari kebijakan moneter bank sentral AS, apabila Fed Fund rate dinaikkan di masa yang akan datang.

Untuk itu perlu segera mempertimbangkan penggunaan "capital control" dan menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial/capital account yang baik (capital control management technique.

Namun Stiglitz menambahkan suku bunga Fed Fund rate tidak akan segera dinaikkan dalam waktu dekat. Banyak kalangan memperkirakan bahwa Fed baru akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal ke-2 tahun 2015. Meskipun dinaikkan, Stiglitz menilai bahwa Federal Reserves tetap akan menjaga agar suku bunga acuannya rendah.

Stiglitz juga menyebutkan negara berkembang termasuk Indonesia perlu segera mempertimbangkan untuk menggunakan capital control dan menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial/capital account yang baik (capital control management technique).

Ia mengatakan negara berkembang yang memiliki cadangan devisa yang besar dan neraca transaksi modal dan finansial (capital account) yang terkelola dengan baik akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi global seperti kenaikan suku bunga Fed Fund rate dan krisis ekonomi global sekalipun.

Namun demikian, Stiglitz mengungkapkan bahwa kebijakan bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuannya tidak dapat sepenuhnya dipandang sebagai zero sum game, dimana negara maju akan diuntungkan dan negara berkembang akan dirugikan.

Stiglitz menekankan yang diperlukan dunia saat ini adalah kerjasama moneter secara mendunia (global monetary cooperation) karena apa yang diputuskan dan menjadi kebijakan ekonomi negara-negara maju ternyata telah dan akan terus mempengaruhi negara-negara lainnya di dunia. Hal ini tidak pernah diperhatikan oleh negara-negara maju pada masa lalu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement