Ahad 17 Aug 2014 12:22 WIB

KPR Masih Jadi Pilihan Utama Pembelian Properti

Rep: Satya Festiani/ Red: Muhammad Hafil
Pekerja pembangunan unit rumah di salah satu perumahan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pekerja pembangunan unit rumah di salah satu perumahan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Bank Indonesia (BI) menyebutkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Sebanyak 73,69 persen konsumen tercatat masih memilih KPR. Sisanya, yakni 14,13 persen memilih tunai bertahap dan 12,17 persen memilih tunai.

Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowaty mengatakan, peningkatan pertumbuhan penjualan properti tercermin dari naiknya angka pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada sektor properti. Pada triwulan II-2014, total KPR sebesar Rp 301,53 triliun, tumbuh 5,93 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan pada triwulan I-2014, pertumbuhan KPR hanya sebesar 1,14 persen. "Pertumbuhan KPR sedang rebound setelah sebelumnya sempat turun," ujar Hendy beberapa waktu lalu.

Menurut dia, suku bunga juga berperan dalam pertumbuhan penjualan properti. Saat ini, tingkat bunga KPR yang diberikan oleh perbankan, khususnya bank persero berada dalam kisaran 9-12 persen. Dengan tingkat suku bunga yang cukup tinggi, bank masih dapat menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) pada kisaran 1,9-2,2 persen, jauh di bawah angka yang patut diwaspadai, yakni 5 persen.

Dari total KPR yang dikucurkan bank hingga Juni 2014, sebanyak 95,64 persen masyarakat menggunakan KPR biasa, sedangkan sisanya, yakni 4,36 persen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memanfaatkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah. Pencairan FLPP hingga triwuan II tercatat sebesar 22,41 persen dari total dana yang ditargetkan pada 2014 dan sisa dana yang belum terserap pada 2013, yakni sebesar Rp 4,5 triliun. Dana yang tersisa diniai cukup untuk membiayai 90 ribu unit rumah.

Hendy mengatakan, untuk semester II, pembiayaan KPR akan melambat sejalan dengan siklus kredit yang sedang menurun. "Pertumbuhan kredit bank dalam siklus yang sedang menurun. Dengan siklus seperti itu, pembiayaan KPR pun akan melambat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement