REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung (CT) melihat sulit untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, pemerintah transisi telah melakukan perlambatan guna memperbaiki neraca berjalan.
"Saya harus katakan dengan situasi geopolitik ini akan berpengaruh ke geoekonomi kita. Tantangannya sangat berat, tak mudah pemerintahan ke depan, mempercepat kembali proses pertumbuhan ekonomi," katanya usai mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di komplek DPR RI, Jumat (16/8).
Saat ini pemerintahan transisi fokus agar pertumbuhan yang ada lebih berkualitas dan merata. Dalam jangka pendek, angka pertumbuhan lima hingga enam persen dinilai cukup bagus.
Dalam pidato kenegaraan, Presiden menyebutkan bahwa Indonesia terus mencetak pertumbuahan ekonomi yang rekatif tinggi. Pada periode tahun 2009-2013, rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,9 persen. Angka ini dikatakan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang di kurun waktu yang sama.
Meskipun mengalami perlambatan, menurut Presiden, Indonesia tetap menempati posisi pertumbuhan tertinggi setelah Cina. Untuk itu penting bagi Indonesia menjaga laju pertumbuhan ekonomi agar stabil. "Mengingat dewasa ini cukup banyak negara-negara emerging ekonomi lainnya yang pertumbuhan ekonominya menurun, bahkan sebagian menurun cukup tajam," kata Presiden.