Jumat 01 Aug 2014 16:19 WIB

Analis: Cina Harus Fokus pada Reformasi Ekonomi

Rep: Elba Damhuri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Economic Times
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIJING -- Kenaikan Purchasing Managers Index (PMI) Cina memberikan angin segar bagi perekonomian negeri tirai bambu itu. Kalangan ekonom/analis pasar keuangan global menyatakan inilah momentum bagi Cina untuk menjalankan reformasi struktural dan sedikit melupakan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Ekonom dari Capital Economies Julian Evans-Pritchard berpendapat Cina sudah semestinya meninggalkan kebijakan stimulus ekonomi. "Para pemegang kebijakan China sudah harus fokus pada program-program konkret reformasi ekonomi," kata Julian seperti dikutip Reuters, Jumat (1/8).

Kebijakan moneter yang longgar, kata dia, sudah menunjukkan efek yang diinginkan otoritas keuangan Cina. Kini, Cina bisa beranjak pada solusi masalah finansial, privatisasi, nilai tukar, dan aliran modal.

Julian menyambut baik survei PMI Cina yang naik jauh dari ekspektasi sebelumnya. Pemerintah menargetkan angka PMI 51,4, namun tercapai 51,7 pada Juli 2014.

Pada kuartal pertama 2014 ekonomi Cina mengalami perlambatan. Cina pun melakukan sejumlah langkah seperti mengurangi pajak, mempercepat investasi, dan mengurangi persyaratan cadangand dana bagi perbankan.

"Kami berharap kebijakan ini memberikan dampak pada pemulihan ekonomi Cina," kata Qu Hongbin, analis ekonomi dari HSBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement