Selasa 15 Jul 2014 14:15 WIB

Bank Permata Revisi Target Pertumbuhan

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Nasabah usai melakukan transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri Bank Permata, Jakarta,
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Nasabah usai melakukan transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri Bank Permata, Jakarta,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Permata Tbk merevisi target pertumbuhannya tahun ini. Ekonomi yang melambat dan suku bunga tinggi membuat perseroan harus menurunkan target pertumbuhan.

Pertumbuhan aset tahun ini diturunkan menjadi 13-14 persen. "Di awal tahun kami targetkan pertumbuhan 15-17 persen," kata Direktur Bank Permata Roy Arman Arfandy di Jakarta, Selasa (15/7).

Penurunan target didorong oleh masih belum membaiknya kondisi makroekonomi nasional. Perseroan menilai harus berhati-hati dalam pengembangan aset karena akan meningkatkan risiko rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL).

Penurunan target pertumbuhan ini telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Revisi disampaikan paling lambat Juni," kata Roy.

Sepanjang semester pertama, Bank Permata merasakan adanya perlambatan pertumbuhan karena faktor eksternal. Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh lebih lambat.

DPK tumbuh 19 persen di semester pertama bila dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara, kredit tumbuh lebih lambat, yaitu 14-15 persen. Perlambatan ekonomi mendorong perseroan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Porsi kredit selama semester pertama cukup merata. "Kami tidak ada ke sektor tertentu karena ingin menghindari risiko yang terkonsentrasi," kata Roy.

Sampai pertengahan tahun, loan to deposit ratio perseroan terjaga di 90 persen. Sementara, CAR di level 14 persen.

Di semester kedua, Bank Permata akan menjaga pertumbuhan dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian. Kondisi yang belum membaik membuat perseroan lebih ketat dalam menyalurkan kredit. Apalagi, saat ini likuiditas belum juga membaik.

Perseroan juga tengah mengevaluasi suku bunga kredit. Jika di semester kedua suku bunga deposito meningkat signifikan, perseroan terpaksa menaikkan suku bunga kredit.

Roy menambahkan, perseroan perlu melakukan evaluasi mendalam terkait kenaikan suku bunga kredit. Menaikkan suku bunga kredit akan berpotensi meningkatkan NPL. 

Padahal, kenaikan NPL merupakan hal yang paling dihindari di perbankan. "Kami akan prioritaskan menjaga NPL daripada menaikkan suku bunga kredit," kata Roy.

Di semester pertama, NPL perseroan berada di level satu persen. Rasio ini dijaga sampai akhir tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement