Jumat 11 Jul 2014 03:00 WIB

Fitch: Kestabilan Ekonomi Diperlukan dalam Reformasi

Rep: Friska Yolandha/ Red: Julkifli Marbun
 Prabowo-Hatta dan Jokowi-Hatta menyanyikan lagu Indonesia Raya jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7) malam WIB.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Prabowo-Hatta dan Jokowi-Hatta menyanyikan lagu Indonesia Raya jelang debat capres putaran final di Jakarta, Sabtu (5/7) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hitung cepat tidak resmi menunjukkan kemenangan tipis untuk gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden (pilpres), Rabu (9/7). Hasil resmi akan diumumkan pada 22 Juli.

Isu utama peringkat kredit sovereign selama enam sampai 12 bulan ke depan adalah apakah pemerintah tetap memprioritaskan stabilisasi ekonomi dan keberlanjutannya. "Untuk fokus jangka panjang, pertanyaan akan berganti menjadi sejauh mana pemerintahan baru akan melewati reformasi struktural, dan apakah akan membawa Indonesia menuju pertumbuhan yang lebih tinggi secara berkelanjutan," kata Direktur Senior Fitch Hong Kong Andrew Colquhoun dalam keterangannya, Kamis (10/7).

Upaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam memperketat kebijakan moneter dan menerapkan nilai tukar yang lebih fleksibel telah memberikan efek positif pada posisi eksternal. Defisit perdagangan Mei 2014 tercatat 2,4 miliar dolar AS dibandingkan posisi tertinggi di 9,1 miliar dolar AS pada September 2013.

Cadangan devisa meningkat sebesar 8,3 persen secara year to date. Pengetatan kondisi moneter juga telah mengendalikan inflasi menjadi 6,7 persen dan memperlambat pertumbuhan kredit menjadi 17,4 persen.

Dalam platform pemilu kedua kandidat, tidak banyak indikasi akan mengubah kebijakan ekonomi dalam jangka pendek. Meskipun demikian, tantangan selanjutnya untuk stabilitas menekankan pentingnya manajemen kebijakan ekonomi bagi profil kredit. Seiring dengan kebijakan pengetatan The Fed, Fitch meyakini prospek Indonesia untuk terhindar dari dampak buruk akibat goncangan apapun didukung oleh prioritas yang jelas pada stabilisasi ekonomi.

Indonesia rentan terhadap tekanan eksternal karena neraca transaksi berjalan membalik menjadi defisit pada tahun 2012. Defisit juga disebabkan oleh tingginya ketergantungan terhadap komoditas di tengah menurunnya harga ekspor utama Indonesia. Pengaruh melemahnya rupiah terhadap biaya impor bahan bakar telah mendorong pemerintah untuk menaikkan proyeksi defisit anggaran menjadi 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dari 1,7 persen.

Fitch berpendapat, asumsi dalam pengeluaran subsidi kemungkinan sulit dicapai tanpa adanya revisi lebih lanjut dari harga bahan bakar minyak (BBM) eceran. Selain dampak atas fiskal akibat meningkatnya biaya energi, juga tetap terdapat risiko yang berasal dari meningkatnya gejolak pasar keuangan sehubungan dengan potensi pengetatan oleh The Fed.

Tren pertumbuhan Indonesia sangat penting bagi profil kredit. Fitch berpendapat, reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas akan mendukung prospek untuk mendapatkan pertumbuhan kembali ke tingkat 2008, yaitu di atas enam persen secara berkelanjutan.

Kemampuan ke dua kandidat untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan di tingkat nasional masih belum teruji. "Rekam jejak kandidat yang lebih diunggulkan, Jokowi, hanya menawarkan sedikit petunjuk untuk prioritas-prioritas kebijakannya pada tingkat nasional," kata Colquhoun.

Sementara, calon lain Prabowo Subianto telah mengangkat isu menaikkan tingkat pinjaman negara untuk mendanai investasi. Fitch akan menunggu untuk melihat apakah kebijakan tersebut diadopsi dan diterapkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement