REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak global diperdagangkan dalam mode bervariasi menjelang akhir pekan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Brent sedikit lebih tinggi karena para pedagang memantau perkembangan serangan militan Sunni di Irak, produsen minyak terbesar kedua OPEC.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, ditutup 10 sen lebih rendah pada 105,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, naik sembilan sen menjadi ditutup pada 113,30 dolar AS per barel di London.
"Kami melihat sesuatu dari keseimbangan kegelisahan di pasar minyak mentah Brent, dengan kekhawatiran atas pemberontakan Sunni dan masalah-masalah politik diimbangi untuk sekarang dengan indikasi bahwa produksi minyak mentah dari selatan (Irak) tetap pada rencana," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Seminggu yang lalu, kedua kontrak berjangka ditutup di tertinggi sembilan bulan. Harga WTI selama seminggu turun 1,4 persen dan Brent merosot 1,3 persen.
Pada Jumat, ulama utama Syiah Irak mendesak para pemimpin negara untuk bersatu, setelah Perdana Menteri Nuri al-Maliki mengakui langkah-langkah politik diperlukan untuk mengalahkan serangan militan Sunni yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyerbu bagian-bagian utama lima provinsi sejak 9 Juni.
Para militan belum mencapai wilayah selatan yang dikendalikan Syiah, pusat ekspor industri minyak negara itu.
"Jika pertempuran antara militan Sunni dan pasukan pemerintah Irak terbatas di sebelah utara Baghdad, kekhawatiran gangguan pasokan akan berkurang," kata analis Inenco, Nadina Ball.