REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak New York terangkat pada Rabu (Kamis pagi WIB) oleh laporan yang menyatakan AS memperlonggar larangan ekspor minyak mentah, sekalipun data persediaan menunjukkan permintaan energi di Amerika bervariasi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, naik 47 sen menjadi ditutup pada 106,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, turun 46 sen menjadi menetap di 114 dolar AS per barel di perdagangan London.
Sebuah laporan harian The Wall Street Journal pada Selasa sore mengatakan, Departemen Perdagangan AS menyetujui ekspor pertama minyak belum dimurnikan dalam hampir empat dekade terakhir, berpotensi membuka jalan bagi perubahan kebijakan lebih besar yang bisa memperketat pasar minyak mentah AS.
The Wall Street Journal mengatakan departemen memberikan "lampu hijau" untuk ekspor minyak jenis ultra-light, minyak yang diproses secara minimal yang dikenal sebagai kondensat kepada pembeli asing.
Seorang juru bicara Departemen Energi mengatakan lembaga tersebut telah menerapkan "tidak ada perubahan" dalam kebijakan terhadap ekspor minyak mentah. Namun, lembaga tersebut "tidak lagi" mendefinisikan minyak yang telah melewati menara distilasi sebagai minyak mentah untuk tujuan peraturan.
AS telah melarang ekspor minyak mentah sejak terjadi guncangan minyak pada tahun 1970-an, sementara secara umum mengizinkan untuk ekspor produk olahan.
Carl Larry, seorang analis di Oil Outlooks & Opinions, mengatakan peraturan pemerintah menempatkan banyak jenis minyak yang diproduksi dalam ledakan serpih (shale) baru-baru ini dalam sebuah "wilayah abu-abu" yang dapat memungkinkan lebih banyak ekspor jika mereka diklasifikasikan sebagai sebuah produk minyak daripada minyak mentah.
"Argumen sekarang adalah apakah minyak mentah?" Larry mengatakan.
Produsen minyak telah menekan untuk mengakhiri larangan ekspor minyak mentah. Tindakan AS pada kondensat adalah "langkah maju oleh pemerintah AS bahwa mereka mulai mengenali masalah ekspor minyak mentah ini," kata Larry.
Tetapi beberapa analis menyatakan keraguan mereka bahwa kebijakan AS yang diberlakukan setelah guncangan minyak pada tahun 1970-an akan berubah dengan cepat.
Kyle Cooper, managing partner di IAF Advisors di Houston, Texas, mengatakan jenis minyak yang telah dibersihkan untuk ekspor sangat berbeda dari minyak mentah acuan.
"Ini bukan pembebasan selimut untuk larangan ekspor minyak mentah AS," kata Cooper.
"Ini tidak mengekspor WTI."
Sementara itu, Badan Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Juni dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 1,2 juta barel.
Namun, Cooper melihat beberapa elemen dalam laporan persediaan yang menunjukkan pasar minyak mentah lebih ketat.
Sebagai contoh, pemanfaatan kilang naik 1,4 persen menjadi 88,5 persen, menunjukkan kilang-kilang meningkatkan produksi dalam mengantisipasi musim mengemudi sekitar liburan Hari Kemerdekaan 4 Juli di Amerika Serikat.
"Ada yang akan menjadi permintaan minyak mentah lebih besar untuk beberapa minggu ke depan," katanya.