Rabu 04 Jun 2014 18:52 WIB

Ekonomi Islam, Paradigma Baru Tangkal Kapitalisme

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Asep K Nur Zaman
Logo  International Conference on Islamic Economics and Civilization (ICIEC) 2014
Foto: logoiciecsmall.png
Logo International Conference on Islamic Economics and Civilization (ICIEC) 2014

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Ekonomi Islam dinilai sebagai paradigma baru dalam peradaban dunia untuk menangkal kapitalisme. Kemajuan paradigma baru ini diharapkan dapat memberi kontribusi signifikan terhadap peradaban manusia. 

Pernyataan tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur (Jatim), Akhmad Sukardi, saat pidato pembukaan International Conference on Islamic Economics and Civilization (ICIEC) 2014 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (3/6) malam. Agenda ICIEC sendiri berlangsung 3-5 Juni. 

Ia menuturkan, peran dunia barat, berbagai lokomotif dan ikon kapitalisme telah menyebabkan unsur-unsur negatif dan mempengaruhi dimensi kemanusian. “Dampak yang dapat dirasakan seperti terjadinya benturan peradaban dan krisis global,” ujarnya. 

Untuk itu perlu muncul ekonomi Islam untuk mengatasi sisi bahaya kapitalisme. Sukardi menyampaikan, terdapat paradigma baru di kalangan para ahli yang dapat mendefinisikan rasionalitas hidup berdasarkan nilai-nilai ilahiah dan kemanusiaan dengan menyoroti konsep ekonomi Islam.

“Ekonomi Islam telah mengalami kebangkitan selama beberapa dekade terakhir ini di banyak negara dan Indonesia,” kata Akhmad. 

Perlu disadari pula bahwa ekonomi Islam masih berada pada tahap awal pengembangan. Sehingga, menurut Ahmad, ekonomi konvensional masih tetap menjadi rujukan bagi upaya untuk membangun dan mengembangkan perekonomian. 

Mengenai pentingnya ekonomi Islam, Pemprov Jatim menyambut positif penyelenggaraan konferensi ini. Penyelenggaraan ICIEC 2014 dinilainya sangat baik dilakukan. Selain sebagai ajang silaturahim di kalangan ulama, pakar, birokrat, dan praktisi ekonomi Islam, konferensi ini dinilai juga sangat penting untuk membahas berbagai perkembangan yang terjadi dalam dunia ekonomi. Khususnya yang berbasis syariah islam, serta isu-isu yang berkembang saat ini.

Kini pihaknya menunggu konsep dan pemikiran mengenai isu-isu ekonomi Islam dan peradaban dari para pakar ekonomi Islam yang berasal dari berbagai negara untuk dibahas, didiskusikan, dan dianalisis secara kritis. Ia berharap dari konferensi ICIEC 2014 muncul resolusi dan rencana aksi yang akan memberikan kontribusi baik secara nasional maupun internasional.     

Pihaknya juga sangat terbuka dengan seluruh peserta delegasi ICIEC, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Di Jatim, terdapat berbagai aneka macam kuliner dan batik. Diharapkan para peserta dapat menikmati kenikmatan kuliner dan batik khas Jatim seperti Batik Madura. 

“Mudah-mudahan Jatim membawa kesan tersendiri bagi seluruh peserta. Semoga tiga hari ke depan, Jatim bisa memberikan kepuasan bagi para peserta baik dari tempat konferensi, obyek wisata, keramahan masyarakat hingga kulinernya,” ujarnya. 

Konferensi ini bertema “Strengthening Islamic Economics for the World Civilization atau Perkuatan Ekonomi Islam / Syariah bagi Peradaban Dunia”. 

Sementara itu Ketua Penyelenggara acara ICIEC 2014, Herman R mengatakan, konferensi ini diselenggarakan oleh Universitas Airlangga (Unair). Konferensi ICIEC 2014,kata dia, bermula dari pembicaraan antara dan Universitas Teknologi Malaysia (UTM), Johor, Malaysia. 

“Setelah melalui pembicaraan, akhirnya disepakati melacak salah satu sisi perkembangan ekonomi Islam yang selama ini lepas dari perhatian yaitu peradaban. Akhirnya disepakati menyelenggarakan acara secara berkelanjutan,” ujarnya. 

Dia menyebutkan, acara ini merupakan yang pertama kalinya. Peserta dan delegasi acara ini berasal dari 14 negara, yaitu 150 orang dari perwakilan perguruan tinggi se-Indonesia maupun luar negeri, seperti Iran, Singapura, Nigeria, Sudan, Malaysia, hingga Spanyol. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement