Selasa 03 Jun 2014 22:48 WIB

Wisatawan Muslim Banyak ke Malaysia, ini Kuncinya

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Maman Sudiaman
Sejumlah kaum Muslim berjalan usai menuaikan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Provinsi ini tengah berbenah menjadi kawasan destinasi wisata syariah.
Foto: Republika/Prayogi/c
Sejumlah kaum Muslim berjalan usai menuaikan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Provinsi ini tengah berbenah menjadi kawasan destinasi wisata syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Malaysia mengaku serius mengembangkan wisata syariah. Tak heran hampir 30 persen dari seluruh wisatawan Muslim dunia lebih memilih datang ke negara tetangga Indonesia itu.

Direktur Jenderal Pusat Pariwisata Syariah Kementerian Budaya dan Wisata Malaysia, Zulkifly Md Said menyampaikan pemerintah Malaysia berkomitmen memajukan industri syariah. Selain industri keuangan, pihaknya juga fokus membangun wisata islami. Sementara di saat yang sama, pelaku industri pun juga terus menerus memperbaiki infrastruktur dan layanan untuk wisatawan Muslim dunia.

''Semua hotel harus mengerti pentingnya kebutuhan wisatawan Muslim, tak hanya mereka yg telah mengajukan sertifikasi syariah,'' tutur dia dalam The 1st  OIC International Forum on Islamic Tourism 2014, baru-baru ini di Jakarta.

Artinya hotel, minimal memiliki kebutuhan yang diinginkan wisatawan, seperti arah kiblat, mushalla, dan makanan halal.Terkait makanan halal, maka sangat terkait dengan restoran. Pemerintah melalui Kementerian terkait berusaha memenuhi kebutuhan wisatawan muslim dengan mendorong tumbuhnya restoran halal.Baik itu lokasi wisata bernafaskan Islam ataupun lokasi wisata umum, di sekitarnya selalu tersedia restoran halal.

''Ternyata tak hanya mendatangkan wisatawan muslim saja, yg non muslim juga,'' ucap dia.

Selain itu konektivitas antar negara juga menjadi titik krusial. Ia pun menerangkan kalau saat ini hampir semua negara Timur Tengah telah terhubung langsung dengan Kuala Lumpur.

Di lokasi yang sama, Managing Director Dinar Standard, Rafiuddin Shikoh menyatakan, pemerintah suatu negara tak perlu menggunakan kata Islami bagi sektor pariwisata. Justru pemerintah suatu negara harus mememperkuat nilai Islami contohnya memenuhi kebutuhan dasar wisatawan. Sehingga bisa memuaskan wisatawan dan menciptakan pengalaman tersendiri. Hal ini justru memperkuat image bahwa negara itu ramah bagi kaum muslim.

''Contohnya Malaysia, mereka menggunakan kata Truly Asia, not Truly Islamic Asia. Tapi berkomitmen pada pada pariwisata syariah,'' ucap dia.Saat ini langkah itu coba dilakukan beberapa negara di Asia Tenggara. Salah satu contohnya Thailand dengan meningkatkan jumlah restoran halal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement