Jumat 30 May 2014 09:16 WIB

Krisis Ukraina Tekan Aliran Dana ke Negara Berkembang

Mata uang Dolar AS.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Mata uang Dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Institute of International Finance (IIF) pada Kamis menurunkan proyeksi arus modal swasta ke negara-negara berkembang pada 2014, terutama disebabkan merosotnya arus masuk pada semester pertama 2014 karena krisis Ukraina sangat menghambat aliran ke Rusia.

Total modal swasta yang mengalir ke negara berkembang diperkirakan akan mencapai 1.032 miliar dolar AS pada tahun ini, 47 miliar dolar AS lebih rendah dari perkiraan lembaga itu pada Januari, IIF, sebuah asosiasi industri keuangan global dengan hampir 500 anggota dari 70 negara, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

IIF memperkirakan arus modal swasta secara keseluruhan ke pasar negara berkembang pada 2014 akan menjadi sekitar 120 miliar dolar lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

"Lingkungan untuk arus modal ke pasar negara berkembang telah menjadi sangat mendukung karena momentum kenaikan ekonomi global, penghindaraan risiko telah turun ke tingkat yang sangat rendah, dan suku bunga jangka panjang AS telah berkurang," kata Charles Collyns, kepala ekonom di IIF, dalam pernyataan itu.

"Arus portofolio telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir menurut Portfolio Flows Tracker kami, meskipun tingkat keseluruhan arus telah terpukul dari kejatuhan dari krisis Ukraina-Rusia," kata Collyns.

Selain penularan dari kemungkinan eskalasi lebih lanjut krisis Ukraina-Rusia, IIF mencatat bahwa aliran modal ke negara berkembang tetap rentan terhadap kejutan dalam waktu, kecepatan dan kekuatan akhir pengetatan kebijakan Federal Reserve.

Jika investor datang untuk mengantisipasi bahwa Fed akan memperketat suku bunga pada kecepatan yang lebih cepat setara dengan di pertengahan 2000-an, maka arus modal swasta dapat menurun sekitar 110 miliar dolar AS atau 0,65 persen dari PDB negara berkembang, kata IIF.

Stabilitas arus masuk modal juga akan bervariasi di antara berbagai negara dan wilayah dari pasar negara berkembang, tergantung pada situasi ekonomi mereka sendiri, kata IIF.

"Negara-negara yang telah mengurangi kerentanan makro ekonomi akan kurang dipengaruhi oleh tekanan dan melihat arus modal yang stabil, sementara mereka yang menunda reformasi tetap lebih terbuka terhadap perubahan arus modal," kata Hung Tran, direktur eksekutif di IIF, dalam pernyataan tersebut.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement