REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski termasuk baru, Head of Islamic Capital Market Development Indonesia Stock Exchange, Irwan Abdalloh mengaku tertarik mendalami keuangan syariah. Ia melihat bidang ini ini masih terbuka untuk terus digali sebab pertumbuhannya luar biasa.
Mulai masuk Bursa Efek Jakarta pada 2000 di bidang riset, Irwan diminta BEJ untuk menjadi bagian tim penyusun konsep pasar modal syariah pada 2002. Ia mengungkapkan saat itu belum ada konsep pasar modal syariah di Indonesia meski sudah ada Jakarta Islamic Index sejak 2000 dan reksa dana syariah sudah dikenal pula sejak 1997.
Pengajar di pasca sarjana UI ini juga berkesimpulan, pasar modal syariah sangat mudah dipelajari. ''Memahami ilmunya tidak sulit. Tapi tantangannya memang ada pada pengamalan,'' ungkap Irwan.
Dalam kegiatan bulanan Mentoring Ekonomi SyariahForum Studi Islam (FSI) bertajuk 'Islamic Investment in the Capital Market' di Fakultas Ekonomi UI, Senin (26/5), ia menjabarkan pada 2004 ada lima negara dimana Muslim minoritas, yakni Kanada, Inggris, Luksemburg, Amerika Serikat dan Singapura sudah mengembangkan keuangan syariah.
Jumlahnya itu terus bertambah hingga saat ini. ''Indonesia kalah cepat dengan Singapura dalam urusan pasar modal syariah. Peningkatan ini menunjukkan keuangan syariah tidak hanya prospektif pertumbuhannya tapi juga sebarannya,'' kata dia.
Irwan mengajak anak muda untuk tidak minder belajar keuangan syariah. Sebab industri keuangan syariah kini sudah jadi bagian penting ekonomi, bukan sekadar pelengkap.