Jumat 16 May 2014 14:45 WIB

IHSG Sempat Tembus 5.000, Ini Analisis Menteri Keuangan

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berada pada level 4.991,64 pascapenutupan perdagangan, Rabu (14/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan, Jumat (16/5), menguat 0,395 persen dan menembus level 5.000 atau tepatnya 5.011,33.  Ini merupakan pertama kalinya indeks menembus level psikologis 5.000 setelah terakhir terjadi pada pertengahan April 2013 silam. 

Ditemui di kantornya, Jumat (16/5), Menteri Keuangan Chatib Basri menuturkan pencapaian IHSG tersebut tidak terlepas dari faktor eksternal dan faktor internal. Dari sisi eksternal, data perekonomian AS yang diumumkan ternyata tidak sebaik seperti yang diperkirakan. Imbasnya adalah terjadi pergerakan arus modal ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. 

Selain itu, recovery perekonomian Jepang berjalan baik sehingga diharapkan berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia. "Jadi dari segi sentimen global, ada gejala," ujar Chatib. 

Kemudian dari sisi internal, Chatib menyebut arah Pemilihan Umum 2014, khususnya menjelang Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 sudah semakin jelas. Hal tersebut tergambar dari semakin mengerucutnya Pilpres 2014 kepada dua sosok bakal calon presiden yaitu Joko Widodo dari PDI-Perjuangan dan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra.

"Saya tidak mau berandai-andai. Tetapi, dengan dua pasang yang ada, berarti proses politik lebih cepat, sehingga kepastian lebih cepat. Dari pada kalau prosesnya dua putaran," kata mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tersebut. 

Saat ditanya apakah pencapaian indeks itu bersifat sementara, Chatib mengatakan tidak. Chatib justru menilai level rupiah yang berada pada level Rp 11.410 per dolar AS yang bersifat sementara. "Karena gejala penguatan sudah terjadi sejak awal tahun. Kemudian angka balance of payment (neraca pembayaran) jauh lebih baik dari pada yang dipikirkan banyak orang. Makanya saat rupiah mendekati Rp 11.600 per dolar AS, saya bilang ini temporary (sementara) dari trading.  Sebab, angka rupiah di Rp 11.200 sampai Rp 11.300 relatif sudah terjadi di awal tahun," terang Chatib. 

Berdasarkan data tim ekonom Bank Mandiri, sampai Rabu (14/5), rupiah telah menguat 5,9 persen sejak pembukaan pada awal 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement