REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2014 tercatat surplus sebesar 2,1 miliar dolar AS. Hal tersebut disebabkan oleh perbaikan transaksi berjalan dan surplus transaksi modal dan finansial.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan, tren perbaikan kinerja transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat terus berlanjut pada triwulan I-2014. Defisit transaksi berjalan turun dari 4,3 miliar dolar AS atau 2,12 persen dari PDB pada triwulan IV-2013 menjadi 4,2 miliar dolar AS atau 2,06 persen dari PDB pada triwulan I-2014.
"Perbaikan ini bersumber dari penurunan impor barang dan berkurangnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan," ujar Peter dalam siaran pers, Sabtu (10/5).
Impor nonmigas masih terkontraksi mengikuti moderasi permintaan domestik sebagaimana tercermin dari menurunnya impor bahan baku dan barang modal. Meskipun impor nonmigas mengalami penurunan, surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan I-2014 tercatat lebih rendah daripada triwulan IV-2013.
Hal tersebut dipengaruhi ekspor nonmigas yang secara nominal kembali tumbuh negatif karena melemahnya permintaan global terutama Cina, penurunan harga komoditas global serta pengaruh temporer kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Selain itu, impor migas juga terkontraksi lebih dalam mengikuti pola konsumsi BBM yang lebih rendah di awal tahun. Namun demikian, ekspor migas yang juga tumbuh negatif seiring turunnya produksi minyak menyebabkan defisit neraca perdagangan migas meningkat.
Sementara itu, penurunan defisit neraca jasa disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, mengikuti turunnya impor barang, dan pengeluaran jasa travel, mengikuti turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pascaberakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri sesuai jadwalnya.