REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) menilai deflasi April sebesar 0,02 persen sebagaimana yang baru saja diumumkan oleh Badan Pusat Statisik (BPS) masih sesuai dengan ekspektasi BI.
"Ya memang kalau perkiraan BI tadinya deflasi 0,1 persen, jadi deflasinya (BPS) lebih rendah dari perkiraan BI, tapi secara umum sesuai ekpekstasi bahwa ada deflasi di bulan April karena ini memang masa panen," ujar Mirza Adityaswara saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (2/5).
Mirza menuturkan, kendati masa panen berkontribusi terhadap adanya deflasi, namun ada faktor lain yang harus perhatikan yakni elnino. "Elnino-nya sih mudah-mudahan elnino yang kategori weak elnino, maksimum moderate elnino, tapi info yang kami dapat elnino-nya itu elnino yang weak," ucap Mirza.
Ia menambahkan, selama empat bulan terakhir, hanya Januari yang inflasinya diatas perkiraan BI, sedangkan untuk Februari, Maret dan April, nisbi sudah sesuai dengan perkiraan BI. "Jadi akhir tahun ini kami masih perkirakan inflasi di sekitaran 5 persen," kata Mirza.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2014 terjadi deflasi 0,02 persen, karena harga kebutuhan pangan mengalami penurunan dan nisbi terkendali. Inflasi tahun kalender Januari-April 2014 sendiri tercatat 1,39 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) mencapai 7,25 persen.
Selain itu, inflasi komponen inti pada April tercatat 0,24 persen dan secara tahunan (yoy) mencapai 4,66 persen. Sementara, inflasi inti tercatat 0,14 persen, inflasi harga diatur pemerintah mencapai 0,06 persen, dan harga bergejolak ikut menyumbang deflasi seperti inflasi umum, yaitu 0,22 persen.