REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- SCG mencatatkan kinerja positif pada kuartal pertama di tahun fiskal 2014. Keuntungan perusahaan naik 5 persen berkat pertumbuhan musiman pada bisnis semen dan bahan bangunan serta pulihnya bisnis kertas.
Sementara, pendapatan penjualan tumbuh 17 persen menyusul pertumbuhan penjualan dari seluruh unit bisnis SCG. Presiden dan CEO SCG Kan Trakulhoon mengumumkan laporan keuangan konsolidasi dari SCG dan anak usahanya untuk kuartal pertama 2014 yang mencatatkan keuntungan Rp 3,041 triliun (257 juta dolar AS). Keuntungan SCG berkurang lima persen akibat menurunnya pendapatan bisnis kimia.
Pendapatan dari penjualan tumbuh 11 persen dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 44,183 triliun, berkat pertumbuhan di seluruh unit bisnis. Di ASEAN (selain Thailand), SCG mencatakan kinerja positif dengan pertumbuhan pendapatan penjualan sebesar 24 persen, yakni sebesar Rp 3,725 triliun, yang merupakan 9 persen dari total pendapatan penjualan SCG.
SCG juga mencatatkan pendapatan dari ekspor sebesar Rp 11,396 triliun (1,006 miliar dolar AS), tumbuh 12 persen. SCG berharap ekspor akan meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, proporsi ekspor SCG tercatat 27 persen, tumbuh 2 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu," ujar Kan Trakulhoon, dalam keterangan tertulisnya.
Per 31 Maret 2014, SCG memiliki total aset Rp 159,561 triliun (14,084 miliar dolar AS). Adapun, total aset SCG di ASEAN sebesar Rp 25,516 triliun (2,252 miliar dolar AS), yang merupakan 16 persen dari total aset konsolidasi SCG.
Perusahaan baru-baru ini mengumumkan investasi senilai lebih dari Rp 4,192 triliun (370 juta dolar AS) yang dialokasikan pada pabrik semen di Laos. Kemudian, investasi pada bisnis kertas glassine, dan melakukan joint venture dengan Florim untuk memperkuat lini bisnis keramik high-end di pasar global.
Kan mengatakan, SCG akan terus berekspansi di ASEAN untuk menjadi pemimpin bisnis berkelanjutan di kawasan. Baru-baru ini, Dewan Direksi SCG menyetujui total investasi sebesar Rp 3,493 triliun (308 juta dolar AS) untuk membangun pabrik semen pertama di Laos. Dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun, pabrik ini diharapkan memulai operasi pada awal 2017.
Pabrik semen di Laos ini akan membuka jalan untuk keberlanjutan lewat teknologi produksi semen yang modern dan ramah lingkungan, menjadi panutan dalam penerapan bisnis berkelanjutan dan menetapkan standar baru bagi pembangunan pabrik.