REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA –- Tak bisa dipungkiri jika saat ini Pelabuhan Tanjung Perak masih menjadi andalan utama jalur ditribusi barang dari wilayah Jawa Timur ke wilayah lain khususnya Indonesia bagian timur. Alhasil, pelabuhan Tanjung Perak itu kian padat dengan segala aktivitasnya. Bahkan, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) selaku operator Pelabuhan Tanjung Perak telah melakukan evaluasi yang menyatakan bahwa pelabuhan terbesar kedua di Indonesia itu telah mengalami kelebihan kapasitas (over capacity).
Menurut Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III, Djarwo Surjanto, kapasitas petikemas di Pelabuhan Tanjung Perak hanya sekitar 2,1 juta TEU’s. Padahal tahun 2013 lalu arus petikemas sudah mencapai 2,9 juta TEU’s. Diprediksi pada tahun 2014 ini , arus peti kemas akan mencapai lebih dari 3 juta TEU’s. Hal serupa juga terjadi pada komoditas curah kering, dimana kapasitas terpasang saat ini sekitar 6,7 juta ton dan diprediksi pada tahun 2014 mendatang arus curah kering mencapai lebih dari 7 juta ton.
“Mengantisipasi kelebihan kapasitas tersebut, pada tahun 2010 lalu PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) mulai membangun fasilitas baru yang disebut dengan Terminal Teluk Lamong," ujarnya saat menerima kunjungan Wapres Boediono di Surabaya, Sabtu (26/4).
Dalam siaran persnya kepada ROL, Ahad (27/4) Djarwo menyebutkan, pada tahap pertama, terminal tersebut akan mulai uji coba operasi pada bulan Mei 2014 dengan fungsi pelayanan petikemas dan curah kering. Kapasitas yang tersedia yakni 1,6 juta TEU’s untuk petikemas dan 10,3 juta ton untuk curah kering. Pada tahap berikutnya Terminal Teluk Lamong akan terus dikembangkan lagi hingga mampu menampung kapasitas petikemas sebanyak 5,5 juta TEU’s dan 20 juta ton curah kering Investasi yang dikeluarkan oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) untuk pembangunan Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama mencapai Rp 3,4 triliun yang berasal dari kas internal perusahaan dan pinjaman perbankan” ujar Djarwo dalam paparan kepada kunjungan kerja Wakil Presiden RI.
Djarwo juga menambahkan bahwa proyek penambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung Perak itu juga didesain sebagai terminal yang modern dan ramah lingkungan. Alat bongkar muat misalnya, terminal tersebut akan dilengkapi dengan Ship to Shore Crane (STS), Automated Stacking Crane (ASC), Combined Terminal Trailer (CTT) dan Straddle Carriers (SC). Alat-alat itu akan digerakkan dengan tenaga listrik, kecuali CTT dan SC yang masih menggunakan mesin diesel namun dengan menggunakan standar emisi EURO 4 yang ramah lingkungan.
“Selain itu, pengembangan penggunaan peralatan pelabuhan berteknologi yang ramah lingkungan di Terminal Teluk Lamong diantaranya penggunaan solar cell dan wind turbine untuk penerangan Terminal Teluk Lamong dengan menggunakan lampu LED. Demikian juga dalam pemakaian ban pada CTT yang lebih sedikit sehingga mengurangi limbah karet. Penggunaan CTT dengan start dan stop technology engine sebagai penghemat bahan bakar truck” jelas Djarwo.
Terminal Teluk Lamong tahap awal rencananya akan mulai di uji coba pada bulan Mei 2014 mendatang, dengan luas area mencapai 38,86 hektare. Namun demikian pembangunan akan terus berlanjut hingga pada akhirnya nanti akan memiliki luas sekitar 386 hektare. Terminal pelabuhan yang bakal menjadi green port pertama di Indonesia tersebut akan mulai beroperasi penuh pada triwulan ketiga tahun 2014.