REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI) menilai Bank Tabungan Negara mampu memenuhi sekitar 97.920 unit dari total 102.000 unit Kredit Perumahan Rakyat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) selama 2013.
"BTN mampu menghasilkan 96 persen dari 102.000 KPR FLPP, sedangkan Bank Mandiri hanya mampu 1.695 unit atau hanya 1,66 persen," kata Sekretaris Jenderal APERSI, Endang Kawidjaja, dalam diskusi di Kantor Kadin Indonesia, Jakarta, Rabu.
Endang mengatakan apabila akuisisi BTN terjadi, maka siapa yang akan bertanggung jawab apabila capaian KPR FLPP BTN tidak mencapai 97.000 unit di masa mendatang.
Selain itu, menurut dia, APERSI sebagai nasabah BTN tidak pernah merasa memiliki kendala dalam pencairan baik kredit konstruksi mapun pencairan kredit pemilikan rumah konsumen.
"Kebijakan di tingkat stakeholder yang tidak tepat lapangan yang mengakibatkan menurunnya demand dan berakibat rendahnya jumlah realisasi KPR FLPP untuk rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," ujarnya.
Ia menilai penguatan kemampuan finansial apabila terjadi permintaan yang melampaui target KPR FLPP bisa dengan skema lain seperti "Secondary Motgage" atau Chanelling Portofolio yang sudah diakadkan.
Selain itu, menurut dia, bisa juga penguatan melalui BTN sebagai pengelola dana Tabungan Perumahan Rakyat dan agara efektifitasnta bisa instan maka dapat ditalangi oleh Lembaga Keuangan Non-Bank.
"Pengembalian talangan itu adalah keniscayaan menginat sumber Tapera adalah kekuatan seluruh rakyat Indonesia yang bergotong royong," ujarnya.