REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penipuan investasi masih marak terjadi. Untuk mencegah adanya masyarakat yang tertipu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan edukasi yang disusun dalam strategi nasional literasi keuangan Indonesia.
Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono mengatakan, investasi sangat penting. Ia menyarankan agar setiap orang menyisihkan 40 persen dari penghasilan untuk investasi dan 60 persen untuk konsumsi. "Tapi berhati-hatilah dalam berinvestasi. Hindari investasi yang iming-imingnya tinggi," ujar Kusumaningtuti dalam acara Diskusi 'Cara Cerdas Berinvestasi untuk Masa Depan', Selasa (15/4).
Agar masyarakat lebih mengerti tentang investasi di bidang keuangan, OJK menyusun strategi nasional literasi keuangan Indonesia. Ia mengatakan, tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap keuangan hanya 21,8 persen. Oleh karena itu, edukasi sangat diperlukan.
Terdapat tiga pilar dalam strategi nasional literasi keuangan tersebut. Pertama, program edukasi dan kampanye nasional literasi keuangan. Kedua, penguatan infrastruktur literasi keuangan. Ketiga, pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang terjangkau.
Kusumaningtuti mengatakan, OJK akan memasukan materi edukasi keuangan di kurikulum SD, SMP dan SMA. Ibu rumah tangga dan UMKM juga akan diberikan edukasi. "Untuk infrastrukturnya, kami akan menyusun materi, menambah situs, dan mengembangkan media sosial," ujarnya.
Direktur Bursa Efek Friderica Widyasari Dewi mengatakan, masyarakat harus berhati-hati dalam memilih investasi. Setiap orang harus memilih investasi yang sesuai dengan profil risikonya. "Profil risiko pasti beda-beda, tapi kita harus tahu profil risiko kita dan cari produk investasi yang legal dan ada regulatornya," ujar Friderica. Menurut dia, investasi yang ilegal menawarkan imbal hasil per bulan yang sangat tinggi. "Yang seperti itu biasanya akan nerima 1-3 bulan, setelahnya hilang," ujarnya.
Investasi, menurut dia, sangat penting. Ia mengatakan, daya beli di masa depan akan jauh berkurang jika tidak melakukan investasi. "Jangan sampai kita sekarang hidup enak, tapi ketika pensiun gaya hidup kita turun. Masa depan kita ditentukan dari sekarang," ujarnya.