REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kakao Indonesia mungkin ketiga tertinggi di dunia. Namun akibat mutunya yang rendah, produksi yang banyak ini tidak bisa menembus pasar Uni Eropa.
"Padahal pasar Eropa besar sekali," ujar Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luxemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno di JI Expo Kemayoran (15/4).
Konsumsi coklat di Uni Eropa mencapai 11 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi di Asia kurang dari 1 kg per tahun, dimana konsumsi rata-rata orang Indonesia hanya 50 gram per kapita per tahun.
Impor biji kakao ke Uni Eropa setiap tahunnya mencapai 4,4 miliar dolar AS per tahun. Impor bisa dalam bentuk powder, butter dan pasta.
Head of Import-Export Procedures Working Groip EuroCham, Rachmat Hidayat mengatakan sayang sekali apabila produsen kakao di Indonesia seterusnya tidak bisa menembus pasar Uni Eropa. Apalagi Uni Eropa bersedia membayar lebih mahal untuk kakao yang lebih baik. Selain itu, konsumsi kakao di Eropa relatif stabil.
"Mereka suka coklat dari sananya. Ini menarik, tapi memang sangat sulit ditembus," kata Rachmat.