REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan pemerintah akan menambah daya listrik di Jawa sebesar 7.000 megawatt hingga 2018 untuk mencegah terjadinya krisis listrik.
"Dari perhitungan Pemerintah, jika tidak ada penambahan pembangkit baru, akan terjadi krisis listrik di Jawa pada tahun 2018 karena defisit 2.000 megawatt," kata Jero Wacik saat Groundbreaking PLT Biomassa di Bangli, Bali, Senin (7/4).
Menurut Jero Wacik, kesiapan penambahan daya listrik mutlak diperlukan karena saat ini saja sudah terjadi krisis listrik di Sumatera Utara.
"Sumut itu daya terpasang cuma 1.600 megawatt, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.800 megawatt. Berarti ada defisit 200 megawatt," katanya.
Untuk mengatasi krisis tersebut, pemerintah mencanangkan penambahan daya listrik di Sumatera sebesar 5.000 megawatt hingga 2018.
Sementara itu, untuk Pulau Bali yang terinterkoneksi dengan Jawa ditargertkan sebelum 2018 sudah mendapat tambahan daya dari pembangkitan sendiri sebesar 1.000 megawatt.
Saat ini kebutuhan listrik di Bali yang mencapai 700 megawatt mendapat pasokan dari Jawa melalui kabel interkoneksi bawah laut.
Menurut dia, pemerintah harus mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi terhadap kabel listrik bawah laut Jawa-Bali.
"Dari dua kabel bawah laut Jawa-Bali, satu di antaranya sudah sering bermasalah sehingga kami menilai Bali butuh pembangunan pembangkit sendiri," katanya.
Selama sepuluh tahun terakhir, kata dia, sebenarnya pembangunan pembangkit baru sudah meningkat dengan pesat.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik secara nasional saat ini 48.000 megawatt, naik hampir dua kali lipat dari tahun 2005 yang 25.000 megawatt.
Hanya saja pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu dasawarsa terakhir relatif cukup tinggi sehingga ikut mendongkrak peningkatan konsumsi energi listrik.
"Kondisi ekonomi masyarakat saat ini sudah maju. Semua desa bahkan dusun sekarang minta disambungkan listrik," katanya.