REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adhi Karya Tbk (Persero) memastikan pembangunan proyek Jalur monorel Jakarta Link Transportation (JLT) yang menghubungkan Kota Bekasi-Cawang dan Cibubur-Cawang akan dimulai April 2015, meskipun masih harus menunggu diterbitkannya Perpres soal Pembangunan Monorel.
"Ada atau tidak Perpres, proyek monorel tetap jalan. Dimulai (pembangunan) April 2014 dan ditargetkan beroperasi penuh pada 2017," kata Dirut Adhi Karya Kiswodarmawan, usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Gedung Adhi Karya, Jakarta, Kamis.
Menurut Kiswodarmawan, dalam pelaksanaan pembangunan monorel tersebut, Perpres sifatnya hanya sebagai bentuk kemudahan untuk merealisasikannya, karena semua sudah dipersiapkan.
Sederet faktor yang diperlukan Adhi Karya untuk mengeksekusi monorel tersebut antara lain, perolehan izin trase dari Kementerian Perhubungan, penyusunan rencana penyelenggaraan.
Selanjutnya pemberian hak penyelenggaraan, izin usaha, izin pembangunan, hingga pencarian dana pembiayaan (financial closing).
"Semua persiapan-persiapan yang diperoleh dari regulator tersebut harus dituntaskan dalam satu tahun ke depan," ujarnya.
Dengan begitu menurut Kiswodarmawan, Perpes yang hingga kini belum ada tanda-tanda akan diterbitkan pemerintah hanya sebagai pelengkap saja, karena pada prinsipnya pembangunan monorel tersebut menggunakan konsep "public privat partnership" (PPP).
"Dengan adanya surat penugasan dari Kementerian BUMN (Dahlan Iskan, red), proyek ini bisa segera dieksekusi. Ini fakta yang harus kita jalankan," tegasnya.
Diketahui pembangunan monorel itu beranggotakan empat BUMN yaitu PT Industri Kereta Api (INKA), PT Lembaga Elektronika Negara (LEN), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), dan PT Jasa Marga Tbk.
Berdasarkan "masterplan" yang diajukan, estimasi biaya yang dibutuhkan mencapai Rp8,3 triliun, di mana konsorsium sudah menyelesaikan masterplan dan akan menyerahkan kepada pihak pemerintah untuk segera ditindaklanjuti.
"Sebesar 70 persen diperoleh dari pinjaman sindikasi perbankan nasional, sementara 30 persen didanai dari kas internal perusahaan," tuturnya.
Konsep Terintegrasi
Sementara itu Kepala Divisi Transportasi dan Tower Adhi Karya, Pundjung Setya Brata mengatakan persiapan pembangunan monorel tersebut sudah mendekati final.
"Semua aspek yang dibutuhkan secara paralel sedang dilaksanakan, mulai pembahasan lahan, hingga izin-izin dari regulator," ucapnya.
Untuk mengoptimalkan penggunaan moda transportasi ini, Adhi Karya mengusung konsep "Integrated Monorel-Property Development", dengan mensinergikan antara penyelenggaraan monorel dan pembangunan properti yang saling menguntungkan.
Setidaknya akan dibangun sebanyak 10 stasiun monorel yang berlokasi di sekitar pusat-pusat perbelanjaan, apartemen, maupun perkantoran.
Dengan pengembangan properti di sekitar jalur monorel, terutama di sekitar stasiun akan meningkatkan minat orang untuk menggunakan monorel karena adanya kedekatan jarak antara tempat tinggal dan tujuan stasiun monorel.
"Kombinasi kedua bisnis tersebut akan mendukung keberlanjutan penyelenggaraan monorel Adhi Karya ini," ujar Punjung Setya.
Dengan konsep paduan monorel dan properti tersebut diharapkan pada tahap awal ketika beroperasi dapat melayani penumpang sebanyak 120.000 orang per hari.
Adhi Karya memperkirakan pada tahun pertama pengoperasian monorel tersebut dapat menambah pendapatan baru sebesar Rp113 miliar per tahun.
"Tarifnya belum ditetapkan, namun berdasarkan penghitungan dan analis ditambah dengan tingginya kebutuhan akan transportasi massal, maka proyek ini sangat layak untuk dikembangkan," ucapnya.